Ada
beberapa metode konservasi air yang dapat dilakukan pada pertanian lahan kering
untuk mencegahn penurunan kesuburan tanah dan menjaga terpenuhinya kebutuhan
air serta produksi tanaman, khususnya pada pertanian lahan kering yaitu dengan
:
1.
Metode Vegetatif
Metode
ini merupakan metode dengan cara menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman
penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman
serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif
dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat:
a. Memelihara
kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi
tanah.
b. Penutupan
lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi.
c. Di samping itu dapat meningkatkan aktifitas
mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga
memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.
d. Fungsi
lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu
memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan petani (Hamilton,
et.al., 1997).
2.
Metode Teknis
Selain metode Vegetatif bisa juga dilakukan
konservasi pertanian lahan kering dengan metode teknis yaitu suatu metode
konservasi dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah
tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Konservasi dengan
metode teknis ini bisa dilakukan dengan berbagai alternative penanganan yang
pemilihannya tergantung dari kondisi di lapangan. Beberapa teknik yang dapat
dilakukan diantaranya (Ridiah 2010):
a.
Pengolahan tanah menurut kontur,
b.
Pembuatan guludan,
c.
Terasering, dan
d.
Saluran air
Penerapan
metode konservasi air yang dapat diuraikan lagi menjadi beberapa sistim baik
untuk
pendekatan
secara vegetative maupun pendekatan secara teknis. Teknologi panen air selain
menyediakan air pada musim kering dapat pula berfungsi mengurangi banjir pada
saat musim hujan. Di bawah ini pendekatan secara vegetative maupun secara
teknis diuraikan secara lebih rinci:
3.Pendekatan
Vegetatif
a.
Sistem Pertanaman Lorong
Sistim ini sebenarnya sudah lama dikembangkan dan
diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air karena dapat
dipergunakan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan
kering di daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani
Sistim ini menerapkan sistim di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di
antara barisan tanaman pagar. Sistim ini sangat bermanfaat dalam mengurangi
laju limpasan permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara
terutama N untuk tanaman lorong. Pada budidaya lorong konvensional, tanaman
pertanian ditanam pada lorong-lorong di antara barisan tanaman pagar yang
ditanam menurut kontur. Barisan tanaman pagar yang rapat diharapkan dapat
menahan aliran permukaan serta erosi yang terjadi pada areal tanaman budidaya,
sedangkan akarnya yang dalam dapat menyerap unsur hara dari lapisan tanah yang
lebih dalam untuk kemudian dikembalikan ke permukaan melalui pengembalian sisa
tanaman hasil pangkasan tanaman pagar.
b.
Sistem Pertanaman Strip Rumput
Sistim ini hampir sama dengan sistim pertanaman
lorong di mana dibuat baris-baris untuk tanaman rumput dengan le bar 0.5 m atau
lebih dan tanaman pertanian ditanam diantaranya. Semakin lebar strip rumput
maka semakin efektif untuk menahan laju erosi tanah. Sistem ini dapat
diintegrasikan dengan ternak. Penanaman Rumput Makanan Ternak di dalam
jalur/strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman
dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan penanamannya pada
awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah antara
barisan tanaman pokok.
c.
Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah, metode ini sebenarnya sudah
dilakukan sejak lama oleh para petani kita, di mana dalam bercocok tanam di
kebun petani sudah menanam pohon-pohon besar (tanaman buah mangga, alpukat,
nangka jeruk, srikaya, dll) pada saat melakukan penanaman. Secara tidak
langsung penanaman pohon-pohon buah ini berfungsi sebagai tanaman penutup lahan
dan kebiasaan ini merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat kita yang
secara terus menerus menurun dan memberikan manfaat ganda bagi masyarakat. Kegunaan
dan keuntungan tanaman penutup tanah:
a) menahan
atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di
atas
permukaan tanah,.
b) menambah
bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan
c) melakukan
transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah
tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi
jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam
tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan
atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai penutup tanah dan digunakan
dalam sistem pergiliran tanaman harus memenuhi syarat-syarat (Ridiah 2010):
a)
mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji,
b)
mempunyai sistem perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat bagi tanaman
pokok,
tetapi
mempunyai sifat pengikat tanah yang baik dan tidak mensyaratkan tingkat
kesuburan tanah
yang
tinggi,
c)
tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun,
d)
toleransi terhadap pemangkasan,
e)
resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan,
f)
mampu menekan pertumbuhan gulma,
g)
mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman semusim atau
tanaman pokok lainnya,
h)
sesuai dengan kegunaan untuk reklamasi tanah, dan
i)
tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan
sulur-sulur yang membelit.
Penggunaan Varietas yang tahan terhadap cekaman kekeringan.
Pada
daerah yang kering dapat menggunakan varietas yang tahan terhadap cekaman
kekeringan.
Penggunaan Varietas yang genjah
Dengan penggunaan varietas
yang genjah, tanaman dapat ditanamn pada musim penghujan dan dapat dipanen
saat masuk musim kemarau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar