Jumat, Desember 23, 2011


Sistem pertanian sawah

Sawah merupakan sebidang tanah dengan batas kepemilikan berupa pematang lurus membujur. Masing-masing petak dibagi dengan pematang juga. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
Pada sistem sawah, petani menggunakan sistem pengolahan tanah yang monokultur, karena sawah ini menggunakan irigasi teknis dan bukan merupakan sawah tadah hujan. Untuk pengairan, airnya cukup dengan sedikit tergenang, atau macak-macak. Hal ini untuk menanggulangi gulma. Jarak antar tanaman pun juga diatur.
Lahan sawah biasanya identik dengan sistem pengairan. Sistem pengairan di sini merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kelangsungan sistem pertanian ini sendiri. Kebanyakan lahan sawah di sini menggunakan saluran irigasi teknis, sehingga keberadaan air masih sangat melimpah, dan air akan tetap ada meskipun pada musim kemarau. Berbeda halnya apabila dibandingkan dengan sawah yang menggunakan hujan sebagai sumber airnya. Sawah dengan saluran irigasi, baik teknis maupun setengah teknis biasanya terbentang dan tergolong sangat luas karena saluran irigasi dapat digunakan tidak hanya di satu tempat saja, sehingga dapat pula mengairi lahan lain yang masih termasuk dalam satu wilayah. Ini berarti, untuk pengelolaan sistem sawah ini memerlukan input dari luar, berupa air irigasi tadi. Selain itu, sawah seperti ini masih menggunakan pupuk kimia serta pestisida yang juga didatangkan dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pertanian sawah ini belum merupakan sistem pertanian yang terpadu, juga belum dapat dikatakan sebagai pertanian yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan proses produksi untuk menghasilkan output masih berorientasi pada hasil yang maksimum, bukan optimum.

Macam-macam sistem pertanian sawah:


1. Sawah irigasi teknis
Sawah yang pengairannya sejak dari sumber air sampai petak sawah terdapat jaringan irigasi dari bangunan permanen. Sehingga kehilangan air karena rembesan atau penguapan dapat diminimalkan

2. Sawah irigasi setengah teknis
Sawah yang jaringan irigasinya tidak seluruhnya permanen, sehingga kehilangan air akibat rembesan dan penguapan masih banyak terjadi.

3. Sawah irigasi sederhana
Sawah dengan bangunan jaringan irigasi menggunakan peralatan seadanya, sehingga kurang hemat air.
4. Sawah irigasi pompa
Sawah dengan memanfaatkan pompa untuk menaikkan air tanah atau air sungai yang permanen dalam untuk mengairi lahan pertanian yang ada di sekitarnya.

5. Sawah irigasi tadah hujan
Sawah yang semata-mata hanya tergantung curah hujan daerah setempat, atau hanya dengan memanfaatkan musim penghujan.
6. Sawah irigasi pasang surut
Sawah yang tergantung dengan pasang surutnya air rawa, sehingga dapat disebut pula irigasi dengan memanfaatkan air alami.


Material yang dimasukkan dalam upaya pembudidayaan lahan sawah yang pasti adalah pupuk. Namun pupuk yang digunakan dalam sawah ini bukanlah pupuk organik, melainkan pupuk kimiawi, seperti SP-36, KCl, Urea, dll. Selain itu juga adanya input berupa air yang berasal dari pengairan. Pada lahan sawah, biasanya pada waktu musim tanam menghabiskan waktu sekitar 4 bulan untuk padi, sehingga dalam waktu 1 tahun biasanya terbagi menjadi 3 kali musim tanam. Dalam pengelolaannya sawah ini diolah menggunakan traktor dengan menggunakan sumberdaya manusia, dalam hal ini pengelolaannya memerlukan banyak tenaga kerja mulai dari pengolahan tanah, penanaman, sampai dengan pemanenan.
Hasil yang ada dan dibawa keluar areal persawahan antara lain gabah dan jerami, yang biasanya digunakan untuk pakan ternak. Sementara padinya sendiri setelah diolah menjadi beras untuk kemudian dijual. Ada bermacam-macam cara yang umum dilakukan oleh petani di sawah dalam menangani jerami padi yaitu diangkut dari lahan untuk pakan ternak, dijual, dibakar, ditimbun di lahan usaha, disebar di permukaan tanah, dibenam dalam lapisan olah, atau digunakan kembali sesuai dengan keperluan untuk tanaman palawija.
Di beberapa pusat penghasil padi, penanganan jerami setelah panen adalah dibakar langsung di petak pertanaman. Ada beberapa alasan dilakukan pembakaran jerami, selain lebih praktis, abu bakaran langsung sebagai pupuk, atau dapat mengusir hama dan penyakit endemik. Tetapi, dampak negatif membakar limbah panen adalah menimbulkan pencemaran udara dan menghilangkan hara dalam jumlah yang cukup banyak, terutama yang bersifat mudah menguap.
Menimbun jerami di tepi petak sawah merupakan cara umum yang dilakukan petani di beberapa tempat. Keuntungannya adalah menghemat tenaga kerja, tapi kelemahannya adalah mengurangi luasan tanah yang dapat ditanami. Timbunan jerami juga merupakan sarang tikus.


1 komentar:

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download : Lingkaran Tanah-Air-Tanaman LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir d...