PENGENDALIAN
HAMA PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN AGEN HAYATI
1.
HAMA
PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN KAKAO
a.
Pengerek
Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramelella
Buah yang diserang berukuran pajang 8
cm. dengan dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning
jingga dan terdapat lubang gerakan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah
biji – biji saling melekat dan berwarna kehitaman.
Gejala Serangan
Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan
gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat
lubang gerekan bekas keluar larva.
Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan
berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi
Cara pengendalian Biologis
Hasil penelitian dari
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember melaporkan bahwa Semut Hitam
(Dolichoderus thoracicus) merupakan cara pengendalian biologi yang memiliki
prospek untuk dikembangkan dengan biaya murah, aman bagi lingkungan dan
berkesinambungan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semut hitam disamping
dapat mengendalikan hama PBK, buah kakao yang diselimuti oleh semut hitam
ternyata tidak disukai oleh hama tikus dan tupai. Hal ini berdampak menaikkan
nilai jual biji kakao karena pengendalian hama tidak menggunakan pestisida.
b.
Kepik
penghisap buah (Helopeltis spp)
Buah kakao yang terserang tampak
bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif
kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda
menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan
kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau
ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan
meranggas.
Gejala Serangan :
Buah muda yang terserang
mongering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan
terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak
cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. Serangan pada
pucuk layu dan mati, ranting mongering dan merangas
Kepik Helopeltis sp,
termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan pucuk/ranting muda.
Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapi sebaliknya pada buah
muda. Selain kakao, hama ini juga memakan banyak tananaman lain, diantaranya: teh,
jambu biji, jambu mente, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubi jalar, dll.
Cara pengendalian Biologis
Laba-laba serigala dan
laba-laba tutul umumnya aktif pada malam hari. Laba-laba ini tidak membuat
sarang, tapi berburu mangsa, sehingga disebut laba-laba pemburu. Serangga yang
dilihatnya, dikejar, ditangkap dan digigit/dimakan. Laba-laba serigala dan
tutul bermata tajam. Matanya delapan, tetapi ada dua lebih besar. Laba-laba
serigala dan tutul berjalan di atas tanah mencari serangga. Juga berburu di cabang
dan dedaunan pohon kakao. Laba-laba ini memakan wereng seperti Helopeltis
atau kepik. Ngengat dan ulat juga dimakan. Setelah menangkap
serangga, laba-laba menyuntik racun yang melumpuhkan korban, baru mengisap.
2.
HAMA
PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
a. Ulat
Api
Ulat api adalah salah satu musuh yang sangat di takuti dalam perkebunan
kelapa sawit mengapa demikian?, jawabanya adalah karena ulat tersebut
menimbulkan efek kerugian yang sangat besar terhadap tanaman kelapa sawit. Penelitian dan kenyataan yang
dihadapi banyak perusahaan menunjukkan bahwa serangan ulat api dapat menurunkan
produksi sebanyak 25 % di tahu pertama dan 50 % di tahun kedua dan ditahun
ketiga mencapai 75%. artinya jika serangan ulat api mencapai tingkat maksimal
maka petani akan merugi selama 3 tahun berikutnya.
Gejala serangan
Helaian daun berlubang
atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daun. Gejala ini dimulai
dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan daun
sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan dapat menurunkan produksi
sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua. Musuh alami Pengendalian ulat api dapat menggunakan musuh alami berupa entomopatogenik seperti jamur Cordyceps
militaris, Beauveria bassiana.
Musuh alami
Pengendalian ulat api dapat menggunakan musuh alami berupa entomopatogenik seperti jamur Cordyceps
militaris, Beauveria bassiana
b.
Hama oryctes
Hama
Oryctes rhinoceros, merupakan hama penting tanaman kelapa sawit yang
menimbulkan kerugian cukup besar dan menyerang tanaman kelapa diseluruh Indonesia
• Kerusakan tanaman kelapa akibat serangan
kumbang tersebut, dapat terjadi pada tanaman belum menghasilkan, maupun tanaman
menghasilkan;
• Hama ini menyerang pucuk dan pangkal daun
muda yang belum membuka dengan merusak
jaringan aktif untuk pertumbuhan kelapa;
• Kerugian
yang ditimbulkan akibat serangan kumbang ini cukup besar karena kumbang jantan
dan betina yang menggerek selalu berpindah-pindah dari pohon yang satu kepohon
sekitarnya.Seekor kumbang menetap dipohon yang sama selama 5-7 hari;
• Mengingat besarnya kerugian yang
ditimbulkan oleh kumbang ini maka, perlu digunakan suatu cara pengendalian yang
efisien, efektif dan aman bagi sumber daya alam dan lingkungan. Salah satunya
adalah Musuh Alami/Agensia Hayati, yang dapat digunakan untuk mengendalikan
hama tersebut yaitu Metarhizium anisopliae.
Gejala serangan
Tampak
guntingan-guntingan/potongan-potongan pada daun yang baru terbuka seperti huruf
“V”, gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang
belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. Serangan ini dapat
dilakukan oleh serangga jantan maupun betina. Serangga dewasa berukuran 40-50
mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung
perut betina terdapat bulu-bulu halus, sedangkan pada yang jantan tidak
berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah,
terutama pada tanaman muda di areal peremajaan
Pengendalian
secara biologi
Jamur Metarhizium anisopliae
1.
Jamur Metarhizium anisopliae merupakan
musuh alami/agensi hayati dari jamur yang dapat mengendalikan hama dalam hal
ini Oryctes rhinoceros
2.
Warna jamur tersebut baik pada larva
terinfeksi maupun pada media jagung adalah hijau olive.
3.
Larva terinfeksi diawali adanya bercak
coklat pada bagian tubuh larva tersebut
dan selanjutnya tubuh larva tertutupi jamur berwarna hijau olive dan
larva menjadi kaku (keras)
c.
Tikus
Tikus mempunyai potensi
berkembangbiak yang sangat besar. Seekor betina mampu melahirkan 10-12 ekor keturunan dengan kemampuan
akomodasi embrio sekitar 18 embrio.
Pada masa puncak perkembangbiakan, tikus betina sangat aktif
dan dapat bunting lagi pada kondisi anak masih dalam susuan. Tikus betina mampu
mengasuh 2-3 generasi dengan selisih umur antar generasi satu bulan. Masa menyusui berlangsung 3-4 minggu dan menyapih
anaknya setelah berumur satu bulan
Gejala Serangan Tikus
Pada TBM tikus menyerang titik tumbuh atau umbut dengan menggerek
pangkal pelepah sehingga berlubang dan semua pelepah dibagian atas gerekan
terkulai atau putus yang dapat menyebabkan tanaman mati
Bekas keratan pada bunga jantan, bunga betina, daging buah baik buah
muda maupun buah matang merupakan gejala serangan tikus pada TM. Pada kondisi
serangan berat dapat mengganggu berlangsungnya proses generatif yang pada
gilirannya menurunkan kuantitas dan kualitas produksi.
Pengendaliahah
secara Biologi
Memanfaatan musuh
alami. Cara
termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus
sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing,
ular tikus, dan lain-lain. Rodentisida, yang merupakan cara kedelapan ini,
digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera
atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan
ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah,
pematang besar, atau tepi perkampungan. Terakhir, cara pengendalian lokal lainnya dengan memanfaatkan cara pengendalian
tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus,
penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya.
3.
HAMA
UTAMA TANAMAN TEBU
a. Penggerek
Pucuk Tebu
Hama
penggerek pucuk tebu menurut Kalshoven, 1981 diklasifikasikan Phyllum Arthropoda,
Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea, Marga Scirpophaga, Jenis Scirpophaga
novella Scirpophaga nivella Fabricus meletakkan telurnya pada bagian bawah permukaan
daun secara berkelompok, dan tersusun seperti sisik ikan yang tertutup selaput
berwarna coklat kekuningan. Jumlah telur mencapai 6-30 butir. Setelah 8-9
hari telur menetas.
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun terlihat bekas gerekan
berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan kering yang disebut
mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan lorong gerekan dari
titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan sering menembus
batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat menyebabkan kematian. Pada
ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh terdapat lubang keluar
ngengat.
Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu
secara Hayati atau
Biologis
a. Konservasi musuh
alami
Konservasi musuh alami
merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan oleh petani baik sendiri
atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan usaha kita untuk membuat
lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan musuh alami terutama
kelompok predator dan parasitoid.
b. Pelepasan musuh
alami
Pelepasan musuh alami
dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh alami dari tempat lain,
kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh alami hama penggerek
pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur misalnya Trichogramma
japonicum, sedangkan parasit larva misalnya lalat jatiroto.
b. Pengerek Batang Tebu bergaris
Telur : berbentuk lonjong, pipih,
berwarna putih kekuningan, diletakan di atas/ di bawah permukaan daun secara
berkelompok. Seperti susunan genting 2 – 3 baris, 7 – 30 butir tiap kelompok
Larva : bentuk fermiform, dengan 4
garis membujur pada punggungnya
Kepompong : pada bagian atas ruas
terdapat sutau daerah yang berbintik-bintik halus seperti pasir, diatas daerah
ini terdapat tonjolan-tonjolan garis membujur yan suram dan pendek di tengah
ruas
Kupu : warna syap depan coklat
kelabu pada bagian tengah terdapat noda hitam.
Ulat-ulat muda yang baru menetasm hidup dalam pupus, diantara
daun-daun muda yang masih tergulung. Ulat-ulat itu memakan jaringan daun.
Akibatnya kalau, daun-daun muda itu sudah terbuka, akan terlihat luka-luka pada
daun. Luka-luka itu dapat berlubang, tetapi biasanya hanya daiging daun yang
hilang, hingga tinggal selaput tipis jaringan luar sebelah bawah. Bentuk
luka-luka itu memanjang dan tidak teratur. Lubang-lubang dapat terjadi pula
karena penggerek ulat waktu memasuki pupus. Lubang-lubang itu letaknya
melintang pada daun tepi letaknnya tidak teratur seperti deretanlubang yang
disebabkan penggerek pucuk
Gejala Serangan
Larva
muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih
menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan
terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun.
Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan
menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam
ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah
luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Daun tanaman yang
terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak
putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai
adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut
dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan
ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering.
Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek
Pengendalian
Musuh alami
·
Parasit
telur : Telenomus beneficiens, Tricogramma austalicum,
·
Parsit
larava : Diatraeophaga striatalis, Campyloneurus erthrothorax,
Rhaconotus scirocophage, apanteles flaviceps
·
Parasit
pupa : Xanthopimpla stemmator
4.
HAMA
UTAMA TANAMAN KOPI
a. Coccus
viridis ( Kutu Hijau )
Serangga
ini tergolong famili Cocidae adalah Coccus viridis ( green ) atau nama
sinonimnya Lecanium viridae. Serangga ini kutu sisik hijau lunak atau kutu
sisik hijau kopi. Hama ini merupakan pemakan segala tanaman ( poilfag ) dan
tersebar didaerah tropis dan subtropis, diantaranya Indonesia terutama
didataran rendah dan udara kering. Kutu sisik hijau kopi berbentuk bulat dan
datar. Panjang tubuhnya ± 3 – 5 mm. Kutu yang hidup pada tunas muda badannya
lebih besar dan lebih cembung daripada yang hidup pada daun. Sementara itu, kutu
yang hidup pada tanaman kurus biasanya berukuran kecil.
Gejala kerusakan
Tanaman
menjadi lemah dan pertumbuhannya terhambat karena kutu ini menghisap cairan
tanaman. Kutu ini mengeluarkan embun madu. Akibatnya adalah timbulnya cendawan
jelaga yang akan menutup daun dan buah kopi, sehingga akan mempengaruhi proses
asimilasi.
Musuh alami
Lembing
dari genus Chilocorus merupakan predator yang penting. Beberapa jenis tabuhan
Hymenoptera menjadi parasit kutu sisik hijau ini. Selain itu, musuh alami yang
lain adalah cendawan parasit yaitu Cephalosporium lecanii. Cendawan ini efektif
pada waktu musim hujan. Cendawan ini akan membunuh koloni kutu sisik hijau
dalam waktu yang singkat. Cendawan berwarna putih ini akan menyelimuti kutu
sisik. Cendawan lain yaitu, Entomopththora sp. Akan menyebabkan kutu menjadi
hitam, merah orange atau cokelat tua.
b.
Pseudococcus
citri Rissio ( Kutu dompolan putih )
Serangga
ini termasuk dalam famili Pseudococcidae, biasanya hama ini terdapat pada
tanaman jeruk, kopi dan lain – lain. Serangga ini polfag ( pemakan segala
tanaman ) dan tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Kutu ini ada yang
hidup diatas tanah dan ada yang diakar. Hama yang diatas menyerang tunas, daun,
buah, tangkai bunga, tangkai buah, batang dan lain – lain. Serangga ini
berbentuk ellips dengan panjang sekitar 3 mm. Sementara itu, hama jantan
panjangnya ± 1 – 1,5 mm. Warna kutu ini cokelat kekuningan sampai merah orange.
Hama ini tertutup dengan massa putih, seperti lilin yang bertepung. Di sepanjang
tepi badannya terdapat benang (serabut) seperti lilin yang jumlahnya 14-18
pasang. Ukuran benang terpanjang terdapat pada bagian belakang (pantat). Telur
berwarna kuning terbungkus dalam jaringan seperti lilin yang longgar. Nimfa yang
muda berwarna kuning orange (amber).
Gejala kerusakan
Kuncup
bunga dan buah yang diserang menjadi kering, karena kehabisan cairan. Buah tua
yang diserang akan menimbulkan salah bentuk pada buah sehingga kualitasnya
menurun.
Musuh alami
Coccopaghus
gurneyi compere dan Tetracnemus pretiosus timberlake. Selain itu, beberapa
jenis lembing yang berfungsi sebagai predator diantaranya Cryptolaemus
montrouzieri Muls dan Scymnus apiciflavus Mits.
5.
HAMA UTAMA TANAMAN TEH
a. Hama Helopeltis
spp
Serangga
ini merupakan hama utama pada tanaman teh, termasuk ordo Hemiptera Famili
Miridae. Petani menyebutnya "kepik penghisap daun" atau "Leap
sucking brig". Beberapa spesies yang telah dikenal antara lain H.
antvnii Signoret, H. thcihora Watt. H cinchorrae Mann, H.
cuneattis Dist mempunyai penyebaran di Pulau Jawa dan Sumatra. Serangga
dewasa dicirikan adanya tanduk diatas thorax, hamper lurus dengan pentul yang
jelas serta sayap yang terang, berwarna agak gelap/hitam. Apabila terbang
berwarna agak hijau dan merah jambu. Hel opeltis berbadan kecil, tiga
pasang kaki, antena lebih panjang dari pada badan dan buka merupakan serangga
penerbang yang balk. Dada bagian mulutnya terdapat alat penghisap makanan atau
disebut stiles. Dengan cara menusukkan stilet kedalam jaringan : tanaman yang
masih muda untuk menghisap cairan makanannya. Serangga betina makanannya lebih
besar dari pada yang jantan yaitu 6 mm-7,5 mm dan dapat hidup lebih dari 50
hari. Sepanjang hidupnya induk betina dapat menghasilkan kurang lebih 200 butir
telur. Keperidian serangga hama ini dipengaruhi oleh musim, dimana pada musim
kemarau kemampuan bertelur hanya berkisar 40-300 butir, sedangkan pada musim
penghujan kemampuan bertelurnya mencapai 350 butir selama hidupnya.
Telur
Helopeltis diletakkan di dalam jaringan batang tanaman yang masih muda
dengan cara menusukkan opivositornya ke dalam jaringan tersebut. Telur yang
diletakkan umumnya berjumlah 1 atau 2 dengan jarak yang berdekatan
kadang-kadang dapat berkelompok sampai 6 butir. Telur yang dihasilkan
bervariasi antara 1-18 butir setiap harinya. Telur berbentuk bulat panjang
seperti sosis berwarna putih dan panjangnya kira-kira 1,5 mm. Tiap telur
mempunyai dua rambut yang panjangnya tidak sama dan menjulang di luar
epidermis. Fungsi dari rambut tersebut belum diketahui secara jelas. Telur akan
menetas setelah 6-8 hari (pada ketinggian tempat lebih kurang 250 m dpl)
kemudian setelah telur menetas menjadi dewasa dalam waktu 12-14 hari.
Gejala
Bagian yang terserang adalah pucuk daun teh dan
ranting-ranting muda serta daun muda. Bagian yang terserang berbecak cokelat
kehitaman, dan pada awalnya becak itu tembus pandang, kemudian kehitaman, dan
akhirnya mengering. Hal ini disebabkan serangga dewasa (indung) dan nimfa
(mikung) menyerang pucuk, daun muda, dan internodus dengan cara menusukan
stilet-nya. Bagian daun yang terserang akan menjadi kering and mengkriting,
sedangkan pada serat berat ranting dapat menjadi kanker cabang.
Pengendalian
Secara Hayati
Pengendalian
secara hayati dapat diterapkan dengan konservasi musuh alami seperti Hierodula
sp atau parasitoid euphorus helopeltidus Ferr. Penggunaan spora
jamur Paeccilomyces fermoso Bremin di rumah kaca terhadap Helopeltis,
memberikan potensi yang baik pada mortalitas serangga hama ini.
b. Ectropis
bhumitra Wlk.
Serangga
hama ini merupakan perusak daun teh, termasuk ordo Lepidoptera, famili
Grometidae. Petani menyebutnya ”ulat jengkal” atau ”common looper”. Ulat
jengkal mempunyai daerah penyebaran di Jawa Bali Sumatera. Ngengat ini
meletakkan telur secara berkelompok pada celah-celah kulit pohon pelindung. Stadium
telur 8-9 hari, stadium 1 larva 28-35 hari, stadium pupa 17-21 hari dan dewasa
3-5 hari. Satu generasi memerlukan waktu sekitar 56-70 hari. Begitu telur
menetas, larva akan merayap, mlenuruni pohon pelindung menuju perdu teh. Larva
berjalan dengan menggerakkar. kaki depan sampai badannya lurus, kaki belakang
ditarik ke depan sehingga tubuh melengkung seolah-olah seperti orang mengukur
dengan jengkal. Pupanya dapat ditemukan pada tanah di bawah perdu tanaman teh.
Bagian tanaman teh yang diserang ulat jengkal yaitu daun teh, memperlihatkan
bekas gigitan yang menghabiskan sebagian daun. Serangan berat, ranting tidak
berdaun lagi sehingga produksi daun teh berkurang.
Pengendalian
Hama
Pengendalian
hama serangga ini dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami seperti
parasitoid Charops, parasitoid larva Apanteles sp. dan parasitoid
telur Telenomus periparetus Nix dan laba – laba.
c. Homona
coffearia Nix.
Serangga
hama ini dikenal dengan ulat penggulung daun /"tea tortex", termasuk
ordo Lepidoptera, famili Tortricidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa
dan Sumatera. Ulat jantan mempunyai ukuran panjang 18 mm dan ulat betina
berukuran panjang 26 mm. Stadium ulat lamanya 5-6 minggu pada ketinggian di
atas 1700 m, namun hanya 26 hari pada ketinggian 400 m dpi. Dalam
perkembangannya, seekor ulat dapat membuat beberapa sarang, ulat yang telah
tumbuh sempurna membentuk pupa di dalam sarangnya yang terakhir. Selanjutnya
pupa serangga betina umumnya berukuran lebih panjang daripada pupa serangga
jantan. Warna pupa coklat dengan stadium 7 – 10 hari. 24 jam setelah keluar
dari pupa sebagai ngengat dewasa, sudah dapat bertelur. Ngengat betina dewasa
berwarna cokelat sedangkan yang jantan berwarna kelabu.
Gejala Serangan
Ngengat
penggulung daun meletakkan satu kelompok telur dengan jumlab telur 100-150
butir pada permukaan dawn tua bagian atas. Kelompok telur membentuk deretan
yang rata tipis, berwarna pucat dan tampak mengkilat. Kelompok telur itu tidak
mudah ditemukan kecuali bila dalam jumlah besar. Stadium telur 6-11 hari. Lama
daur hidupnya bervariasi, pada perkebunan teh di Bogor memakan waktu 32-42
hari. Ulat penggulung daun ini pada awalnya menyerang daun muda dengan gejala yang
ditandai adanya lipatan daun pada arah memanjang yang dilekatkan dengan benang
sutera. Mula-mula ulat memakan epidermis daun sehingga seluruh daun dimakan.
Larva akan makan daun pertama sehingga habis kemudian pindah ke daun yang lain.
Selama perkembangannya, satu ulat dapat menghabiskan lebih dari 1 helai daun.
Pada instar awal, kerusakan yang ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan
adalah permukaan bawah dari daun yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm,
ulat berpindah ke daundaun muda. Sejak instar kedua sampai kelima, ulat membuat
lorong dengan melekatkan dua helm daun atau lebih. Kadangkala sehelai daun
digulungnya sehingga kedua sisi daun melekat satu sama lain. Populasi ulat
tertinggi terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musim penghujan.
Pegendalian Secara Hayati
Pegendalian
secara hayati dapat dilakukan dengan
onservasi musuh alarm seperti Macrocenltrus homonae Nix. , Apanteles
taragamae Vui., Phytodietus spimipes Cam. dan Elasmus homonae Ferr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar