Minggu, Januari 15, 2012

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq) PADA PEMBIBITAN AWAL MELALUI PEMBERIAN LIMBAH PADAT TEH DAN PUPUK UREA


MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT  (Elaeis Guineensis Jacq) PADA PEMBIBITAN AWAL MELALUI PEMBERIAN LIMBAH PADAT TEH DAN PUPUK UREA

ABSTRAK

Penelitian ini dirancang menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan limbah padat teh sebagai faktor perlakuan pertama dan pupuk urea sebagai faktor perlakuan kedua.  Faktor Perlakuan limbah padat teh terdiri atas tiga taraf yaitu perlakuan kontrol (0 ton/ha) yang dinotasikan sebagai L0, taraf 10 ton/hektar setara 75 gram/polibeg (L1) dan taraf 20 ton/ha setara 150 gram/polibeg (L2).  Sedangkan faktor perlakuan pupuk urea terdiri atas 4 taraf yaitu 0 gram/liter air (U0), 1 gram/liter air (U1), 2 gram/liter air (U2), dan 3 gram/liter air (U3).  Seluruh unit percobaan diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruh unit percobaan berjumlah 36 unit percobaan.  Masing-masing unit percobaan terdiri dari lima tanaman yang kelima tanaman digunakan dalam pengambilan data. Berdasarkan hasil analisis data secara statistik dengan metode sidik ragam, uji beda rata-rata, analisis regresi dan korelasi dapat diketahui bahwa hingga dosis 20 ton/hektar (150 gram/polibeg) pemberian limbah padat teh masih menunjukkan adanya peningkatan hasil,  baik pada pertumbuhan tinggi bibit umur 8, 10 dan 12 MST, dan luas daun. Sedangkan pada perlakuan pupuk urea telah diperoleh konsentrasi aplikasi untuk pengamatan jumlah daun, luas daun tanaman dengan konsentrasi rata-rata 2 gram/liter air.  Kombinasi perlakuan terbaik diperoleh pada L2U2, yaitu dosis 20 ton limbah padat teh/hektar (150 gram/polibeg) dengan konsentrasi aplikasi urea 2 gram/liter air.
Kata Kunci : Urea, limbah teh, Kelapa sawit.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai (Pahan, 2007).
            Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu dari palma yang menghasilkan lemak untuk tujuan komersil. Minyak sawit ini diperoleh dari pericarp (daging buah) dan dari inti biji yang disebut minyak inti sawit. Dari sekian banyak tanaman penghasil lemak atau minyak, kelapa sawit memberikan hasil terbanyak dan memiliki kadar kolestrol yang rendah (Ginting, 1975).
            Usaha meningkatkan produksi kelapa sawit di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai usaha, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi. Dalam hal ini pembibitan merupakan usaha permulaan keberhasilan tanaman, bibit yang dikelola dengan baik diharapkan akan menghasilkan pertumbuhan bibit yang baik, sehat dan berproduksi tinggi. Bibit yang sehat akan mempunyai perakaran tanaman yang baik dan kuat yang dapat mengambil unsur hara tanaman dari dalam tanah dengan baik pula. Untuk ketersedian unsur hara di dalam tanah, maka perlu dilakukan pemupukan dengan dosis dan cara pemberian yang tepat (Rinsema, 1988).
             Pembibitan kelapa sawit merupakan tindakan kultur teknis yang paling awal dilakukan di dalam usaha pengembangan budidaya perkebunan. Adapun tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan bibit yang sehat, jagur dan baik. Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor penentu dari keberhasilan di lapangan dan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik. Pembibitan kelapa sawit dapat dilaksanakan dengan dua cara. Cara pertama dengan dua tahap, yaitu melalui dederan (Pre nursery) dan kemudian pembibitan utama (Main nursery), dan cara kedua hanya satu tahap yaitu langsung ke pembibitan tanpa melalui pendederan terlebih dahulu (Lubis, 1985 ; Setyamidjaja, 1991).
            Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Pupuk yang beredar saat ini bermacam-macam jenis, berdasarkan aplikasinya ada dua jenis pupuk, yaitu pupuk akar dan pupuk daun. Keuntungan pemberian pupuk melalui daun adalah lebih jauh cepat diserap tanaman hingga juga hasilnya lebih cepat kelihatan dari pada pupuk akar (Marsono dan Sigit, 2002).
Menurut Dolly (2004), bahwa perlakuan pupuk urea berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, total luas daun, berat tanaman/sample, berat basah/tanaman dan berat kering per tanaman, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berat tanaman/plot tanaman selada.
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh tersedia dalam jumlah besar sepanjang tahun. Limbah tersebut sebagian besar belum dimanfaatkan, pada hal mengandung unsur penting yaitu N, K, Mg, Ca dan S. Limbah sebagai bahan organik dapat dikembalikan ke lahan perkebunan teh untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan limbah teh padat mengadung C-organik 5,23 %, N-total 0,11 % dan P tersedia 125 ppm. Limbah teh padat sebagai bahan organik dapat dimanfaatkan bila telah mengalami dekomposisi melalui proses dekomposisi unsur hara yang terdapat dalam bahan organik akan dapat dimanfaatkan tanaman karena telah mengalami mineralisasi dan memiliki nilai C/N 10 – 12 (Murbandono, 1990).
Rumusan masalah
            Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik teh tersedia dalam jumlah besar sepanjang tahun. Limbah tersebut sebagian besar belum dimanfaatkan sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu juga limbah yang dihasilkan akan menambah beban penggolahan. Limbah teh padat sebagai bahan organik dapat dimanfaatkan bila telah mengalami dekomposisi melalui proses dekomposisi unsur hara yang terdapat dalam bahan organik akan dapat dimanfaatkan tanaman karena telah mengalami mineralisasi dan memiliki nilai C/N 10 – 1.
Pembibitan kelapa sawit merupakan tindakan kultur teknis yang paling awal dilakukan di dalam usaha pengembangan budidaya perkebunan. Adapun tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan bibit yang sehat, jagur dan baik. Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor penentu dari keberhasilan di lapangan dan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik.
Tujuan
Dengan pemberian limbah teh dan pupuk urea diharapkan meberikan bibit yang sehat, jagur dan baik. Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi yang baik.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
            Bahan yang digunakan adalah kecambah kelapa sawit persilangan D x P yang diperoleh dari Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit Medan, Tanah top soil, Waste tea, Urea, Polibeg hitam ukuran 14 cm x 22 cm tebal 0,07 mm – 0,1 mm, Insektisida, fungisida, dan air. Alat yang digunakan adalah cangkul, parang babat, meteran, rol, gembor, handsprayer, kalkulator dan alat tulis lainnya, papan judul dan papan perlakuan.
Metode Penelitian
            Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang diteliti yaitu :
1. Faktor pemberian Limbah padat teh (L) dengan tiga taraf perlakuan :
L0 = Tanpa limbah padat teh (kontrol), L1 = Limbah padat teh 10 ton / ha ( 75 g/polibeg ), L2 = Limbah padat teh 20 ton / ha ( 150 g/polibeg )
2. Faktor pemberian pupuk Urea (U) dengan empat taraf perlakuan :
U0 = 0 gr/liter air, U1 = 1 gr/liter air, U2 = 2 gr/liter air, U3 = 3 gr/liter air
Setiap kombinasi diulang 3 kali per plot per ulangan percobaan ini disusun dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Parameter yang diamati adalah : Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Total luas daun (cm2), Berat kering bibit (kg).



HASIL PENELITIAN
Tinggi Bibit (cm)
Berdasarkan hasil pemilahan jumlah kuadrat rincian dapat diketahui bahwa tinggi bibit menunjukkan hubungan linier positif terhadap pemberian limbah padat dan pemupukan urea, sehingga dengan teknik analisis regresi dan korelasi dapat diperoleh persamaan regresi sebesar  = 21,267 + 0,093L dengan r = 0,99 dan  = 21,122 + 0,717U dengan r = 0,86.  Dengan persamaan tersebut selanjutnya dapat digambarkan kurva respon pertumbuhan tinggi bibit terhadap pengaruh pemberian limbah padat teh dan pupuk urea, seperti yang tersaji pada Gambar 1 dan 2 berikut di bawah ini :

Text Box: Tinggi Bibit (cm) 

                         = 21,267 + 0,093L
                                                                                             r = 0,99



Dosis Pemberian Limbah Padat Teh (ton/ha)
Gambar 1.           Respon Tinggi Bibit Terhadap Pemberian Limbah Padat Teh Pada Pengamatan Umur 12 mst

Text Box: Tinggi Bibit (cm)Pada Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa tinggi bibit mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian limbah padat teh.  Pertambahan tinggi bibit menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,99 dan koefisien regresi sebesar 0,093.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan sebanyak 1 ton bahan limbah padat teh per hektar luas lahan akan menambah tinggi bibit sebesar 0,093 cm.



                                                                              = 21,122 + 0,713U
                                                                                                   r = 0,86


Konsentrasi Pemberian Urea (g/liter air)
Gambar 2.           Respon Tinggi Bibit Terhadap Pemberian Pupuk Urea Pada Pengamatan Umur 12 mst

Pada Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa tinggi bibit mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya konsentrasi pemberian pupuk urea.  Seperti halnya dengan penambahan dosis limbah padat teh, pertambahan tinggi bibit akibat penambahan konsentrasi pemupukan urea juga menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,86 dan koefisien regresi sebesar 0,717.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan konsentrasi sebesar 1 gram pupuk urea per liter air sebagai pelarut akan menambah tinggi bibit sebesar 0,717 cm.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil pemilahan jumlah kuadrat rincian dapat diketahui bahwa jumlah daun menunjukkan hubungan linier positif terhadap pemberian limbah padat, sedangkan terhadap pemberian pupuk urea, jumlah daun menunjukkan respon kuadratik terhadap penambahan konsentrasi pupuk urea, sehingga dengan teknik analisis regresi dan korelasi dapat diperoleh persamaan regresi sebesar  = 3,715 + 0,0075L dengan r = 0,99 dan  = 3,681 + 0,201U – 0,055U2 dengan R2 = 0,92.  Dengan persamaan tersebut selanjutnya dapat digambarkan kurva respon pertumbuhan jumlah daun terhadap pengaruh pemberian limbah padat teh dan pupuk urea, seperti yang tersaji pada Gambar 3 dan 4 berikut di bawah ini:
Text Box: Jumlah Daun (helai)





                                                                         = 3,715 + 0,0075L
                                                                                             r = 0,99

Dosis Pemberian Limbah Padat Teh (ton/ha)
Gambar 3.           Respon Jumlah Daun Terhadap Pemberian Limbah Padat Teh Pada Pengamatan Umur 12 mst

Pada Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa jumlah daun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya dosis pemberian limbah padat teh.  Pertambahan jumlah daun menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,99 dan koefisien regresi sebesar 0,0075.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan sebanyak 1 ton lahan limbah padat teh per hektar luas lahan akan menambah jumlah daun sebesar 0,0075 helai.



Text Box: Jumlah Daun (helai) 



                                                               = 3,681 + 0,201U – 0,055U2
                                                                                                 R2 = 0,92

Konsentrasi Pemberian Urea (g/liter air)
Gambar 4.           Respon Jumlah daun Terhadap Pemberian Pupuk Urea Pada Pengamatan Umur 12 mst

Pada Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah daun mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya konsentrasi pemberian pupuk urea, namun hingga konsentrasi di atas 1,8 g/liter air, penambahan konsentrasi pemberian pupuk urea cenderung memberi pengaruh negatif.  Pertambahan jumlah daun menunjukkan pola respon kuadratik positif dengan koefisien determinasi sebesar 0,92 dan koefisien regresi sebesar 0,201U dan -0,055U2.
Luas Daun (cm2)
Berdasarkan hasil pemilahan jumlah kuadrat rincian dapat diketahui bahwa luas daun menunjukkan hubungan linier positif terhadap pemberian limbah padat, sedangkan terhadap pemberian pupuk urea, jumlah daun menunjukkan respon kuadratik terhadap penambahan konsentrasi pupuk urea, sehingga dengan teknik analisis regresi dan korelasi dapat diperoleh persamaan regresi sebesar  = 42,3 + 0,217L dengan r = 0,97 dan  = 39,35 + 7,8855U – 1,9175U2 dengan R2 = 0,8907.  Dengan persamaan tersebut selanjutnya dapat digambarkan kurva respon pertumbuhan luas daun terhadap pengaruh pemberian limbah padat teh dan pupuk urea, seperti yang tersaji pada Gambar 5 dan 6 berikut di bawah ini :
Text Box: Luas Daun (cm2)




                           = 42,3 + 0,2174L
                                                                                             r = 0,97


Dosis Pemberian Limbah Padat Teh (ton/ha)
Gambar 5.           Respon Luas Daun Terhadap Pemberian Limbah Padat Teh Pada Pengamatan Umur 12 mst

Text Box: Luas Daun (cm2)Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa luas daun mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian limbah padat teh.  Pertambahan luas daun menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,97 dan koefisien regresi sebesar 0,217.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan sebanyak 1 ton lahan limbah padat teh per hektar luas lahan akan menambah luas daun sebesar 0,217 cm2.




                                                           = 39,35 + 7,8855U – 1,9175U2
                                                                                                 R2 = 0,89


Konsentrasi Pemberian Urea (g/liter air)
Gambar 6.           Respon Luas Daun Terhadap Pemberian Pupuk Urea Pada Pengamatan Umur 12 mst

Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah daun mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian pupuk urea, namun hingga konsentrasi 2 g/liter air, penambahan konsentrasi pemberian pupuk urea cenderung memberi pengaruh negatif.  Pertambahan luas daun menunjukkan pola respon kuadratik positif dengan koefisien determinasi sebesar 0,89 dan koefisien regresi sebesar 7,8855U dan -1,9175U2.
Berat Basah Bibit (gram)
Text Box: Berat Basah Bibit (gram)Berdasarkan hasil pemilahan jumlah kuadrat rincian dapat diketahui bahwa luas daun menunjukkan hubungan linier positif terhadap pemberian limbah padat, sedangkan terhadap pemberian pupuk urea, berat basah bibit menunjukkan respon kuadratik terhadap penambahan konsentrasi pupuk urea, sehingga dengan teknik analisis regresi dan korelasi dapat diperoleh persamaan regresi sebesar  = 5,4567 + 0,021L dengan r = 0,98 dan  = 5,0135 + 1,2585U – 0,3525U2 dengan R2 = 0,98.  Dengan persamaan tersebut selanjutnya dapat digambarkan kurva respon berat basah bibit terhadap pengaruh pemberian limbah padat teh dan pupuk urea, seperti yang tersaji pada Gambar 7 dan 8 berikut di bawah ini :



                         = 5,4567 + 0,021L
                                                                                             r = 0,98

Dosis Pemberian Limbah Padat Teh (ton/ha)
Gambar 7.           Respon Berat basah bibit Terhadap Pemberian Limbah Padat Teh Pada Pengamatan Umur 12 mst

Gambar 7 di atas menunjukkan bahwa berat basah bibit mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian limbah padat teh.  Pertambahan berat basah bibit menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,98 dan koefisien regresi sebesar 0,0021.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan sebanyak 1 ton lahan limbah padat teh per hektar luas lahan akan menambah berat basah bibit sebesar 0,0021 gram.
Text Box: Berat Basah Bibit (gram)







                                                         = 5,0135 + 1,2585U – 0,3525U2
                                                                                                 R2 = 0,98

Konsentrasi Pemberian Urea (g/liter air)
Gambar 8.           Respon Berat Basah Bibit Terhadap Pemberian Pupuk Urea Pada Pengamatan Umur 12 mst

Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa berat basah mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian pupuk urea, namun hingga konsentrasi lebih tinggi dari 1,78 g/liter air penambahan konsentrasi pemberian pupuk urea cenderung memberi pengaruh negatif.  Pertambahan berat basah bibit menunjukkan pola respon kuadratik positif dengan koefisien determinasi sebesar 0,98 dan koefisien regresi sebesar 1,2585U dan -0,3525U2.
Berat Kering Bibit (gram)
 Berdasarkan hasil pemilahan jumlah kuadrat rincian dapat diketahui bahwa berat kering bibit menunjukkan hubungan linier positif terhadap pemberian limbah padat, sedangkan terhadap pemberian pupuk urea, berat kering bibit menunjukkan respon kuadratik terhadap penambahan konsentrasi pupuk urea, sehingga dengan teknik analisis regresi dan korelasi dapat diperoleh persamaan regresi sebesar  = 1,1267 + 0,006L dengan r = 0,99 dan  = 1,0125 + 0,2625U – 0,0625U2 dengan R2 = 0,97.  Dengan persamaan tersebut selanjutnya dapat digambarkan kurva respon pertumbuhan berat



Text Box: Berat Kering Bibit (gram)kering bibit terhadap pengaruh pemberian limbah padat teh dan pupuk urea, seperti yang tersaji pada Gambar 9 dan 10 berikut di bawah ini:



                         = 1,1267 + 0,006L
                                                                                             r = 0,99


Dosis Pemberian Limbah Padat Teh (ton/ha)
Gambar 9.           Respon Berat kering bibit Terhadap Pemberian Limbah Padat Teh Pada Pengamatan Umur 12 mst

Text Box: Berat Kering Bibit (gram)Gambar 9 di atas menunjukkan bahwa berat kering bibit mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya dosis pemberian limbah padat teh.  Pertambahan berat kering bibit menunjukkan pola linier positif dengan koefisien korelasi sebesar 0,99 dan koefisien regresi sebesar 0,006.  Hal ini berarti bahwa dari setiap penambahan sebanyak 1 ton bahan limbah padat teh per hektar luas lahan akan menambah berat kering bibit sebesar 0,006 gram.



                                                         = 1,0125 + 0,2625U – 0,0625U2
                                                                                                 R2 = 0,97


Konsentrasi Pemberian Urea (g/liter air)
Gambar 10.       Respon Berat Kering Bibit Terhadap Pemberian Pupuk Urea Pada Pengamatan Umur 12 mst

Gambar 10 di atas menunjukkan bahwa bahwa berat kering bibit mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya konsentrasi pemberian pupuk urea, namun hingga konsentrasi di atas 2,1 g/liter air, penambahan konsentrasi pemberian pupuk urea cenderung memberi pengaruh negatif.  Pertambahan berat kering bibit menunjukkan pola respon kuadratik positif dengan koefisien determinasi sebesar 0,97 dan koefisien regresi sebesar 0,2625U dan -0,0625U2.
KESIMPULAN
Pemberian pupuk limbah padat teh memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah daun, luas daun, berat basah bibit dan berat kering bibit di pre nursery. Pemberian pupuk urea memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit, luas daun, berat basah bibit dan berat kering bibit, dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun bibit di pembibitan pre nursery. Interaksi pemberian limbah padat teh memberi pengaruh sangat nyata terhadap berat basah dan berpengaruh nyata terhadap luas daun dan berat kering bibit, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi dan jumlah daun bibit kelapa sawit di pre nursery. Penggunaan limbah padat hingga dosis 20 ton/ha masih meningkatkan pertumbuhan tinggi, jumlah dan luas daun, serta berat basah dan berat kering bibit, sedangkan pemberian pupuk urea dengan konsentrasi 2 gram/liter air dapat menghasilkan jumlah daun, luas daun, berat basah dan berat kering bibit yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, J. 1975. Bercocok Tanam Kelapa Sawit dan Pengolahan Hasilnya. S.P.M.A. Medan.
Lubis, A.U. 1985. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan. Marihat-Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatera Utara.
Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar. Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murbandono, L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rinsema, W. T. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Karya Aksara. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download : Lingkaran Tanah-Air-Tanaman LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir d...