PENDAHULUAN
Tanah adalah
sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan hasil
yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah untuk pertanian dan
perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat membuat tanah menjadi tidak
subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan tanah ialah seperti
pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman monoton, dan
lain-lain.
Tanah bisa mengalami kerusakan. Bahkan tanah termasuk wujud alam yang
mudah mengalami keruasakan. Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi
tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran.
Kerusakan
yang dialami pada tanah tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat
kimia dan fisik tanah, yakni:
Ø kehilangan unsur
hara dan bahan organik,
Ø menurunnya kapasitas
infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air,
Ø meningkatnya kepadatan
dan ketahanan penetrasi tanah,
Ø serta berkurangnya
kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya
pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas
Hal ini
dikarenakan lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm mempunyai sifat– sifat
kimia dan fisik lebih baik dibandingkan lapisan lebih bawah.Banyaknya unsur
hara yang hilang bergantung pada besarnya kandungan unsur hara yang terbawa
oleh sedimen dan besarnya erosi yang terjadi.Di tempat lain, erosi menyebabkan
hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta berkurangnya kemampuan tanah
untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang terangkut tersebut diendapkan di
tempat lain yaitu, di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan di atas
tanah pertanian.
Tujuan
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah dapat digambarkan sebagai pengerjaan mekanis terhadap tanah untuk segala
macam tujuan. Beberapa tujuan olah tanah dalam pertanian ialah :
1. Untuk
memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar.
Struktur remah diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan
terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di
dalam tanah, dan untuk memperkecil hambatan
terhadap penembusan akar. Sebaliknya, suatu persemaian yang baik umumnya
membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan yang lebih tinggi di
sekitar benih.
2. Untuk
mengendalikan gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang berlebih
(penjarangan).
3. Untuk menata
sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu dicampur
secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan
mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan
untuk mengendalikan serangga lewatmusim-dingin atau untuk mencegah hambatan
terhadap pengerjaan presisi seperti penanaman atau pendangiran tanaman
tertentu.
4. Untuk
mengecilkan erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut garis
tinggi, pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat.
5. Untuk
memperoleh bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman, pengairan,
drainase, panen, dan sebagainya.
6. Untuk
membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam tanah.
7. Untuk
melakukan pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu
lapis ke lapis lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain, atau
pemanenan umbian.
JENIS-JENIS PENGOLAHAN TANAH
Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang
diikuti pula oleh perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan
dibeberapa daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya
beralih makan nasi. Di Indonesia yang sebagian masyarakatnya bermata
pencaharian sebagai petanipun turut mengalami perubahan yang terus meningkat,
dimulai dengan penyiapan lahan sampai pasca panen.
Tentunya untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah
diperlukan cara-cara dalam merawat dan mengolah lahan, serta perlunya bibit
yang unggul. Awal pengolahan merupakan salah satu hal yang penting, karena
merupakan pondasi awal sebelum melakukan kegiatan bercocok tanam. Dengan
pengolahan lahan yang baik maka akan diharapkan kondisi tanah menjadi
lebih baik. Ditinjau dari tingkat erosi tanah hingga keadaan topografi
tanah.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah
adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya.
Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya
berkurang.
Sistem pengolahan tanah
Sistem
pengolahan tanah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan seberapa banyak residu tanaman yang diangkat dari lahan pertanian. Di Amerika Serikat
sejak tahun 1997, sistem pengolahan tanah konservasi semakin banyak digunakan
karena menghemat banyak waktu, energi, tenaga kerja, dan biaya. Selain itu,
pengolahan tanah konservasi berarti semakin sedikit mesin pertanian yang
bergerak di atas lahan pertanian sehingga mencegah pemadatan tanah. Namun semakin sedikit tanah yang dibalikkan, semakin
sedikit pula cahaya matahari dan udara yang menyentuh tanah bagian dalam,
sehingga menghambat penanaman di awal musim semi karena tanah masih dingin
setelah tanah membeku di musim dingin.
Manfaat
keberadaan residu tanaman di lahan pertanian adalah mencegah erosi karena
memperlambat aliran air permukaan, dan mampu menjadi kompos alami karena terdekomposisi
selama masa penanaman. Pengolahan tanah rotasi hanya mengolah tanah secara
periodik, yaitu setiap dua tahun sekali atau tiga tahun sekali.
MACAM PENGOLAHAN TANAH PERTANIAN
Lahan
adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya
dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan
fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan
biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan
lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan (struktur tanah) yang
dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan
terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat
ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat
pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka,
terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi,
dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode atau
cara pengolahan
lahan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara
modern.
Macam-Macam
Pengolahan Tanah
a. Pengolahan Tanah Primer yaitu kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d 90 cm.
Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk:
- Memberantas gulma
a. Pengolahan Tanah Primer yaitu kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15 cm s.d 90 cm.
Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk:
- Memberantas gulma
- Memperbaiki
struktur tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman
- Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik
- Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai
- Meratakan tanah
- Mencampur pupuk dengan tanah
- Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi
- Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik
- Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai
- Meratakan tanah
- Mencampur pupuk dengan tanah
- Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi
b.
Pengolahan Tanah Skunder
Pengolahan
tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah
menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan
pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang
diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuat guludaa atau alur untuk pertanaman.
Sistem Pengolahan
Tanah
a.
Sistem Olah Tanah Minimum
Pada
tahun-tahun terakhir te lah
terjadi peningkatan perhatian terhadap sistem olah minimum sebagai cara untuk
mengurangi biaya produksi tanaman larik dan untuk memperbagus kondisi
tanah.
Capaian
utamanya adalah :
1. Mengurangi kebutuhan energi
mekanis dan tenaga kerja.
2. Menjaga
kelembaban dan mengurangi erosi tanah.
3. Memberikan
pengerjaan yang memang diperlukan untuk mengoptimalkan kondisi tanah bagi tiap
bagian luasan di suatu lapang (contoh: luasan larikan dan luasan sela larikan).
4.
Meminimumkan jumlah lintasan melalui suatu lapang.
b.
Olah Tanah Tunggul Seresah
Tujuan utama olah tunggul seresah ialah untuk
mengurangi erosi angin dan air dan untuk mempertahankan kelestarian air dengan
mengurangi terjadinya limpasan. Cara tersebut dipakai secara luas di Dataran
Besar dan di daerah kering atau semi kering lainnya. Olah tunggul seresah
berupa pemotongan akar gulma dan tumbuhan lainnya dan meninggalkan sisa tanaman
di atas permukaan atau mencampurkannya ke tanah sedalam beberapa cm.
METODE
PENGOLAHAN LAHAN :
a. Continuous
Dilakukan
dengan melakukan pengolahan dari salah satu sisinya dan berakhir pada sisi yang
berseberangan
b. Headland
Pengolahan tanah dilakukan dalam arah berlawanan
dengan arah putaran jarum jam. Pada sisi lahan yang panjang, bajak
diturunkan (dilakukan pengolahan tanah) di mulai dari sisi terluar lahan.
Setelah traktor sampai pada ujung lahan, bajak diangkat dan traktor melintasi
sisi tersebut menuju sisi panjang lahan yang lain (berseberangan) untuk
pengolahan tanah berikutnya. Demikian dilakukan seterusnya hingga seluruh
lahan terolah dan pengolahan tanah akan berakhir di bagian tengah lahan.
Pengolahan Tanah Minimum
Pengolahan
tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap
tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah
dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang.
Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan
mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik. Pengolahan
tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada
tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.
Pengolahan
tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat
terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau
pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain
secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu
disertai pemberian mulsa.
Keuntungan menggunakan mulsa
·
Menghindari kerusakan struktur tanah
·
Mengurangi aliran permukaan dan erosi
·
Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara dalam
bahan-bahan organik lebih berkelanjutan.
·
Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga
mengurangi biaya produksi.
·
Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara
ini mungkin tidak dapat diolah.
Kelemahan:
·
Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan
yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti
jagung dan ubi.
·
Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.
·
Lebih cocok untuk tanah yang gembur
·
Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus
·
Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak
dilakukan secara manual / mekanis.
Faktor-faktopr yang mempengaruhi adopsi
Faktor biofisik
·
Dalam perladangan berpindah tanpa pembakaran, tanah mungkin tertutup
dengan timbunan dedaunan yang menyukarkan lahan tersebut dibajak
·
Tidak cocok untuk tanah yang tidak gembur
·
Pemberian mulsa merupakan persyaratan yang mutlak
·
Penggunaan herbisida terus-menerus mungkin dapat memberikan dampak
negatif terhadap tanah dan air tanah.
Pengolahan
tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan
tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah
untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah perakaran yang
baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma. Manfaat pengolahan
tanah, baik di tegalan maupun di sawah, tidak boleh terlalu dibesar-besarkan
mengingat waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mengolah tanah tidak
selalu sebanding dengan tambahan hasil yang didapat.
Dengan
pengolahan tanah, tanah menjadi longgar dan lebih cepat menyerap air hujan
sehingga mengurangi aliran permukaan (Musgrave and Free, 1936), akan tetapi
pengaruh ini bersifat sementara. Tanah yang telah diolah sehingga menjadi
longgar lebih mudah tererosi.
Untuk
mencapai tujuan pengolahan tanah dan bersamaan dengan itu menghidanri erosi,
disarankan tindakan berikut:
·
Tanah diolah seperlunya tergantung pada kondisi sifat fisik tanah
·
Pengolahan tanah dilakukan, untuk bukan sawah, pada kandungan air
tanah yang tepat (pF 3 sampai 4)
·
Gunakan herbisida ramah lingkungan untuk memberantas gulma.
·
Dalamnya pengolahan selalu dirubah
·
Pengolahan tanah dilakukan menurut kontur
Pengolahan
tanah semacam ini disebut pengelolahan tanah minimum atau pengolahan tanah
konservasi. Jika kondisi fisik tanah baik, artinya tanah gembur dan tidak
terdapat lapisan padat pada kedalaman perakaran, maka pengolahan tanah dapat
ditiadakan. Cara ini juga disebut tanpa olah tanah.
Olah Tanah Konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah)
Pengolahan
tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap tanah dengan
tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan tanah yang gembur bagi
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus merupakan upaya
pemberantasan gulma. Dalam kaitannya dengan konservasi tanah dan air,
pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja. Untuk tanah yang
berlereng curam pengolahan tanah sebaiknya diminimumkan, bahkan ditiadakan.
Kegiatan
pengolahan tanah biasa atau konvensional (dengan cara mencangkul atau membajak
tanah dua kali dan diikuti dengan menghaluskan bongkahan tanah satu atau dua
kali sebelum bertanam) lebih banyak bertujuan untuk memberantas gulma. Jika
gulma dapat diatasi misalnya dengan penggunaan mulsa atau penggunaan herbisida,
maka pengolahan tanah dapat dikurangi atau malah ditiadakan. Keunggulan dari
tanaman tahunan adalah bahwa hampir semuanya tanaman ini tidak memerlukan
pengolahan tanah.
Hal
ini dimungkinkan karena setelah tajuknya berkembang menaungi permukaan tanah
pertumbuhan gulma akan sangat berkurang.
Olah tanah konservasi
adalah suatu sistem pengolahan tanah dengan tetap mempertahankan setidaknya 30%
sisa tanaman menutup permukaan tanah. Olah tanah konservasi dilakukan dengan
cara:
·
Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan
mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman.
·
Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya dibersihkan
dari gulma baik secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Sesudah
pembersihan, tanaman langsung ditugalkan. Jika penugalan sulit dilakukan, dapat
digunakan cangkul untuk memudahkan penanaman.
Keuntungan:
·
Menghemat tenaga kerja dan biaya
·
Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori makro. Proses ini
terjadi karena dengan tanpa olah tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing
menjadi lebih aktif.
·
Keuntungan
Teknis, Pekerjaan pengolahan tanah
memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja.
Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis, pekerjaan yang
berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat
lebih dalam.
·
Keuntungan
Ekonomis, Berdasarkan hasil
penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor
akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan.
Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para
petani.
·
Keuntungan
Waktu, Dengan tenaga yang cukup
besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih
cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses
budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang berumur pendek, sisa
waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.
Dampak pengolahan tanah
Positif
·
Meregangkan tanah
sehingga tercipta ruang dan pori-pori yang memungkinkan tanah mendapatkan
aerasi udara
·
Membantu mencapuradukkan
residu tanaman, materi organik tanah, dan nutrisi menjadi lebih merata
·
Membunuh gulma secara
mekanis
·
Mengeringkan tanah
sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang positif pada wilayah
beriklim basah.
·
Ketika dilakukan di
musim gugur, pengolahan tanah membantu meremahkan tanah sepanjang musim dingin
melalui mekanisme pembekuan dan pelelehan yang dapat terjadi berkali-kali
sepanjang musim dingin. Hal ini membantu persiapan penanaman untuk musim semi.
Negatif
·
Mengeringkan tanah
sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang negatif pada wilayah
beriklim kering.
·
Mengurangi laju
penyerapan air sehingga meningkatkan erosi tanah.
·
Dengan laju penyerapan
air berkurang, maka ada risiko terjadi aliran air permukaan yang membawa residu
pupuk dan pestisida yang digunakan pada periode penanaman sebelumnya
·
Mengurangi kadar organik
tanah
·
Mengurangi jumlah
organisme tanah bermanfaat seperti mikroba, cacing tanah, semut, dan sebagainya
·
Menghancurkan agregat
tanah
·
Risiko terjadi pemadatan
tanah pada bagian yang tidak terbajak
·
Residu tanaman yang
hancur dan tersisa di tanah dapat mengundang organisme dan serangga yang tidak
diinginkan dan berpotensi mengganggu produksi, juga mengundang penyakit
Pengecualian
Semua dampak positif dan
negatif yang tersebut di atas dapat terjadi maupun tidak karena bergantung pada
banyak faktor, diantaranya:
·
Jenis implemen yang
digunakan
·
Pembajakan tanah di
malam hari dapat mengurangi jumlah gulma yang tumbuh karena benih gulma yang
masih terdormansi dapat tumbuh ketika terpapar cahaya matahari.
·
Penggunaan implemen
tertentu, terutama yang tidak mencapai tanah dalam, (misal bajak piring) tidak membutuhkan traksi yang tinggi sehingga dapat
mempercepat pekerjaan pengolahan tanah sehingga pengolahan tanah intensif dapat
dilakukan dengan jumlah jam kerja yang lebih sedikit. Penggunaan implemen jamak
(misal traktor menarik bajak dan garu sekaligus) juga mengurangi jam kerja
traktor, namun risiko pemadatan tanah lebih besar.
·
Sudut mata bajak juga
berpengaruh dalam memperlakukan residu tanaman
·
Jumlah residu tanaman
yang tertinggal mempengaruhi laju erosi tanah; semakin banyak residu tanaman,
pergerakan air lebih terhambat sehingga erosi berkurang.
DAFTAR
PUSTAKA
Pardede, James P. 2009. Diversifikasi
dan Sentuhan Teknologi Salah Satu Upaya untuk SejahterakanPetani. http://japarde.multiply.com.
Rahayu, Subekti. 2004. Pertanian Ekologis: Keuntungan
dan Kendalanya. ICRAF-SEA: Bogor.
http://www.leisa.info/index.
Dariah, Ai.
2009. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Balai Penelitian Tanah:
Bogor. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.
Mayunar dan Subrata. 2009. Usahatani Padi Sawah
Melalui Pendekatan PTT. Balai Pengkajian TeknologiPertanianBanten. http://banten.litbang.deptan .go.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar