PANDAHULUAN
Latar Belakang
Kedudukan
beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit
digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras
per kapita Indonesia masih tinggi. Menurut FAO-OECD, konsumsi beras per kapita
Indonesia tertinggi ketiga setelah Vietnam dan Bangladesh (Herdiman, 2008).
Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode
2005-2025 diproyeksikan terus meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 5,7%
per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar 52,8 juta ton gabah kering
giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025 diproyeksikan 65,9 juta ton
GKG (Deptan, 2007).
Produksi tanaman
pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan
besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma.
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari
jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di
samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang
disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari
kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak
saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Persaingan antara gulma
dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari
dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa
tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu
15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut
percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh
persaingan gulma tersebut antara 25-50 %.
Salah
satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras adalah
gulma. Echinochloa crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama
pada lahan sawah. Hasil penelitian di Indramayu, E. crusgalli dapat
mengakibatkan kehilangan hasil padi gogo hingga mencapai 90% (Pane et al.,
2004). Padi merupakan tanaman C3, sedangkan E. crus-galli ini termasuk
tanaman C4. Tumbuhan berjalur C4 lebih efisien dalam menggunakan cahaya
matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga tanaman
atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan
berkompetisi.
Kompetisi
ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang mempunyai
pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Salah
satu faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah
adalah kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Menurut Islam et al. (2003),
populasi delapan E. crusgalli per pot menurunkan 97% hasil gabah.
Semakin tinggi kepadatan gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kompetisi padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli.
Metode Penelitian
Percobaan
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu
populasi gulma E. crus-galli per pot. Jumlah perlakuan ada sembilan
yaitu:
E0P1 = 1 padi
tanpa E. crus-galli
E2P1 = 2 E.
crus-galli dan 1 padi E2 = 2 E. crus-galli
E4P1 = 4 E.
crus-galli dan 1 padi E4 = 4 E. crus-galli
E6P1 = 6 E.
crus-galli dan 1 padi E6 = 6 E. crus-galli
E8P1 = 8 E.
crus-galli dan 1 padi E8 = 8 E. crus-galli
Satuan
percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis
dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil
analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan
Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan
Penelitian
Media
tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang telah
dikeringanginkan dan diaduk agar tercampur rata. Tanah dimasukkan ke dalam pot
sebanyak 9 kg/pot dan dilumpurkan. Padi dan gulma E. crus-galli yang
berumur 14 hari setelah semai dipindah tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan
secara bersamaan. Pemupukan dilakukan dengan dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot,
SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis
pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada 8 MST. Penyiraman
dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian genangan 3 cm.
Pada 4 MST dan 8 MST dilakukan panen destruktif . Panen dilakukan pada saat 95%
malai padi sudah menguning dan diremas 30% gabah sudah rontok.
Pengamatan
Peubah
yang diamati pada tanaman padi meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun,
panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa,
panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot gabah kering panen,
bobot 100 butir gabah, total hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi
terhadap E.crus-galli.
Peubah
yang diamati pada gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan,
jumlah daun, waktu keluarnya stage daun, panjang dan lebar daun, luas daun
bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang malai, jumlah gabah/malai,
jumlah gabah/pot, bobot 1000 butir biji, total hasil relatif dan koefisien
pendesakan E.crus-galli terhadap padi.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Suhu harian
rata-rata rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara
rata-rata 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah
bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N 0.24%.
Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat
adalah 15 : 32 : 53. Hama yang mulai menyerang ketika gulma E. crus-galli dan
padi dalam persemaian adalah burung. Tanaman padi selama percobaan mengalami
serangan beberapa hama dan penyakit ketika fase vegetatif dan memasuki fase
generatif. Hama dan penyakit yang menyerang yaitu ulat, burung, dan wereng.
Gulma lain selain E. crus-galli yang tumbuh di pot adalah Fimbristylis
litolaris.
Pertumbuhan
Vegetatif dan Produksi Padi
Tinggi Tanaman
Perlakuan
populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi
pada 3 MST. Tabel 1 menunjukkan pada 3 MST perlakuan E4P1 dan E6P1 mampu
menekan tinggi tanaman padi hingga 14.60% dibanding kontrol (E0P1). Sedangkan
pada akhir pengamatan (9 MST), perlakuan E0P1 memberikan rata-rata tinggi
tanaman tertinggi dan terendah pada perlakuan E8P1.
Tabel 1. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap
Rata-rata Tinggi Tanaman
Padi
Perlakuan
Populasi
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
||||
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
7 MST
|
|
E0P1
|
53.29a
|
64.14
|
72.12
|
77.80
|
83.07
|
E2P1
|
50.88ab
|
60.53
|
70.67
|
74.73
|
81.73
|
E4P1
|
45.51b
|
57.14
|
63.92
|
71.40
|
74.62
|
E6P1
|
45.51b
|
57.52
|
64.37
|
70.13
|
77.58
|
E8P1
|
46.79b
|
56.28
|
62.57
|
70.40
|
76.88
|
Keterangan:
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada
uji lanjut DMRT taraf 5%.
Jumlah Anakan
Perlakuan populasi
gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi pada
4, 5, 7 dan 8 MST. Pada umur 4 MST, rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat
pada perlakuan E2P1 dan yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1. Sedangkan
pada 8 MST perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi hingga 52% dibanding
kontrol (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli
terhadap Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi
Perlakuan Populasi
|
Jumlah Anakan
|
|||||
3 MST
|
4 MST
|
5 MST
|
6 MST
|
7 MST
|
8 MST
|
|
E0P1
|
0.56b
|
1.00ab
|
2.50
|
2.50
|
2.67a
|
4.17a
|
E2P1
|
1.00a
|
1.25a
|
2.50
|
2.50
|
3.17a
|
3.67ab
|
E4P1
|
0.22c
|
0.50b
|
2.00
|
2.00
|
2.67a
|
3.17a-c
|
E6P1
|
0.11c
|
1.25a
|
2.25
|
2.25
|
2.75a
|
2.67bc
|
E8P1
|
0.11c
|
0.50b
|
1.50
|
1.50
|
1.50b
|
2.00c
|
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda
nyata
pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Bobot Kering
Tajuk, Akar, Malai dan Total
Populasi
gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk tanaman padi
hanya pada 4 dan 8 MST, juga bobot kering akar dan bobot kering total pada 4
MST, namun tidak berpengaruh terhadap bobot kering malai. Saat 8 MST, perlakuan
E8P1 menurunkan bobot kering tajuk padi sebesar 49.7%. Penurunan bobot kering
terbesar saat panen dihasilkan oleh perlakuan dengan populasi 6 gulma yang
menurunkan bobot kering total sebesar 34.6% dari kontrol (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli
terhadap Rata- rata Bobot Tajuk, Akar, dan Malai Padi
Perlakuan
Populasi
|
Bobot
kering (gram)
|
||||||
Tajuk Akar
Malai
|
|||||||
4 MST
|
8 MST
|
Panen
|
4 MST
|
8 MST
|
Panen
|
Panen
|
|
E0P1
|
0.89a
|
7.78a
|
8.54
|
0.50a
|
9.51
|
9.51
|
3.03
|
E2P1
|
0.56b
|
5.49ab
|
9.27
|
0.40ab
|
10.22
|
9.08
|
2.68
|
E4P1
|
0.31bc
|
4.64b
|
7.54
|
0.41ab
|
8.28
|
6.85
|
2.48
|
E6P1
|
0.27c
|
4.55b
|
5.27
|
0.25bc
|
6.22
|
6.46
|
2.06
|
E8P1
|
0.26c
|
3.91b
|
6.09
|
0.15c
|
8.40
|
8.39
|
1.73
|
Keterangan: Angka yang diikuti
huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Tabel 4. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap
Rata- rata Bobot Total Padi
Perlakuan
Populasi
|
Tinggi
Tanaman (cm)
|
||
4 MST
|
8 MST
|
Panen
|
|
E0P1
|
1.39a
|
17.29
|
21.07
|
E2P1
|
0.96b
|
15.71
|
21.03
|
E4P1
|
0.72bc
|
12.93
|
16.87
|
E6P1
|
0.52c
|
10.77
|
13.78
|
E8P1
|
0.41c
|
12.31
|
16.22
|
Keterangan: Angka yang diikuti
huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT
taraf 5%
Panjang Malai,
Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot
Populasi gulma E.crus-galli
hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per pot. Rata-rata panjang
malai padi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol mencapai 21.17 cm dan yang
terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1 (Tabel 8). Perlakuan E8P1 menekan jumlah
gabah per malai 28.5% dibanding kontrol.
Tabel 5. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli
terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah
Per Malai dan Per Pot
Perlakuan
Populasi
|
Panjang malai (cm)
|
Jumlah
Gabah (malai)
|
|
Per
malai
|
Per
Plot
|
||
E0P1
|
21.17
|
73.20
|
468a
|
E2P1
|
20.54
|
68.40
|
370ab
|
E4P1
|
19.10
|
61.38
|
237c
|
E6P1
|
18.24
|
57.78
|
325bc
|
E8P1
|
18.30
|
52.35
|
237c
|
Keterangan: Angka yang diikuti huruf
yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut
DMRT taraf 5%
Produksi Gabah
Padi
Populasi gulma E.
crus-galli berpengaruh terhadap produksi gabah pada peubah bobot gabah isi,
bobot gabah total dan persentasi bobot gabah hampa. Perlakuan E8P1 mampu
menurunkan bobot gabah kering total sebesar 77.8% dibanding kontrol. Pada
peubah bobot gabah isi, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan
E0P1 dan yang terendah pada perlakuan E8P1. Persentase gabah hampa terbesar
terdapat pada perlakuan E8P1 sebesar 72.78% (Tabel 6).
Tabel 9. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Komponen Produksi Gabah Tanaman Padi
Perlakuan
Populasi
|
Bobot
Gabah (gram)
|
Persentase
Gabah Hampa (%)
|
Bobot
100 butir gabah (gram)
|
||
isi
|
hampa
|
Per
Plot
|
|||
E0P1
|
3.43a
|
0.62
|
4.06a
|
14.85d
|
0.82
|
E2P1
|
1.22b
|
0.83
|
2.04b
|
39.81c
|
1.19
|
E4P1
|
0.48cd
|
0.90
|
1.38b
|
63.97ab
|
0.97
|
E6P1
|
0.76bc
|
0.74
|
1.50b
|
51.23bc
|
1.15
|
E8P1
|
0.24d
|
0.67
|
0.90b
|
72.78a
|
0.69
|
Keterangan: Angka yang diikuti huruf
yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%
Pembahasan
Semakin
tinggi populasi gulma, semakin menekan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan,
jumlah dan ukuran daun. Hasil ini sejalan dengan laporan Islam et al. (2003)
yang menyatakan bahwa keberadaan gulma E.crus-galli mulai populasi 2 per
pot menurunkan tinggi tanaman padi. Purba (2007) juga melaporkan bahwa
kerapatan E. crus-galli 10 tegakan per meter bujursangkar mampu
menurunkan tinggi tanaman padi 11%. Semakin tinggi populasi gulma, semakin
menekan panjang akar padi. Menurut Suardi (2002), peran akar padi dalam
menyerap air selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses fotosintesis dalam
menghasilkan gabah.
Persaingan
antara tanaman padi dengan gulma E.crus-galli mempengaruhi hampir
seluruh peubah hasil padi baik itu bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot
kering total, jumlah gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah
hampa. Perlakuan populasi 8 gulma mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar
77.8% dibanding kontrol. Hasil penelitian Frauke (2007) menyatakan bahwa
populasi gulma E. crus-galli sebanyak 4 per pot menurunkan produksi
tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan menurunkan bobot
gabah isi sebesar 46.2%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi gulma yang
ditanam bersama padi, berakibat pada penurunan produksi gabah padi.
Bobot
biomassa mencerminkan status nutrisi tanaman. Kerapatan tanam tinggi membuat
semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan
cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil
fotosintesis yang ditranslokasikan dan disimpan (Mursito dan Kawiji, 2001).
Semakin tinggi populasi E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa
padi dan meningkatkan bobot biomassa E.crus-galli. Namun sebaliknya pada
populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan bobot biomassa E.crus-galli
menurun. Hal ini diduga karena adanya persaingan intraspesifik antar E.crus-galli
yang menekan pertumbuhan dan pada akhirnya menghilangkan pengaruhnya
terhadap tanaman padi. Effendi (2006) menyatakan bahwa biomassa tanaman per
satuan luas tanah akan tinggi sampai tingkat kepadatan tanaman tertentu,
kemudian menurun kembali karena terjadi kompetisi sesama jenis dalam kebutuhan
faktor tumbuh.
Semakin
tinggi populasi gulma, semakin menurunkan panjang malai, jumlah gabah per
malai, serta memperlambat waktu keluarnya stage daun E. crus-galli,.
Halvorson dan Guertin (2003) menyatakan bahwa pengendalian E.crus-galli efektif
dengan menggunakan herbisida yang kontak langsung dengan biji yang sedang
berkecambah atau pada pertumbuhan awal bibit. Hal tersebut terkait dengan waktu
munculnya stage daun, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk munculnya
setiap stage daun, maka aplikasi herbisida semakin efektif. Menurut
Kadir (2007), untuk mengendalikan E.crus-galli, aplikasi herbisida harus
dilakukan maksimal 14 hari setelah tanam.
Pada
saat panen, mulai dari perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang
hidup bersama satu padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding
perlakuan monokulturnya. Karakter bobot 1000 biji merupakan karakter tidak
langsung untuk melihat ukuran biji E.crus-galli, semakin besar bobot
1000 biji maka ukuran biji E.crus-galli juga semakin besar. Ukuran biji
dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang ditranslokasikan ke biji pada fase
generatif (Suud, 2007).
KESIMPULAN
Pertanaman
padi yang tumbuh bersama gulma E.crus-galli menunjukkan pengaruh
kompetisi E.crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Populasi
2 gulma per pot telah mampu menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin
tinggi populasi gulma E. crus-gallii per pot, semakin menurunkan
pertumbuhan dan produksi padi. Populasi E. crus-galli sebanyak 8 per pot
menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dan bobot gabah isi sebesar 93.0%.
Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi
menekan bobot kering total sebesar 45.7% dari perlakuan monokulturnya. Nilai THR lebih besar dari satu menunjukkan
tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan padi. Sedangkan dari peubah koefisien pendesakan didapatkan bahwa
gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan padi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi
dan Dukat. 2007. Respon pertumbuhan dan produksi tiga kultivar kacang hijau (Vigna
radiata L.) terhadap kompetisi dengan gulma pada dua jenis tanah. Jurnal
Agrijati 6 (1): 20-29.
Azmi,
M. dan B.B. Baki. 1995. The succession of noxious weeds in tropical asian rice
fields with emphasis on Malaysia rice ecosystems, p. 140-148. The 15th
Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Tsukuba, Japan, July, 24-30.
Departemen
Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi Kedua.
Departemen Pertanian. Jakarta. 69 hal.
Effendi,
F.B. 2006. Uji Beberapa Varieta Jagung (Zea mays L.) Hibrida pada
Tingkat Populasi Tanaman yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. 41 hal.
Frauke,
Rosalia. 2007. Studi Kompetisi Beberapa Ekotipe Gulma Echinochloa crus-galli
terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 48 hal.
Halvorson,W.L.
dan P. Guertin. 2003. Status of introduced plants in southern arizona parks
factsheets for: Echinochloa Beauv. Spp.
http://sbsc.wr.usgs.gov/sdrs/products/products_db. [5 Oktober 2009].
Herdiman,
F.S. 2008. Swasembada beras. http://www.jurnalnasional.com. [27 Oktober 2008].
Islam,
M.F. dan S.M.R.Karim. 2003. Effect of population density of Echinochloa
crus-galli dan Echinochloa colona on rice. P:275-281. Proceedings I
The 19th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Manila-Philippines,
March, 17-21.
Kadir,
M. 2007. Efektifitas berbagai dosis dan waktu aplikasi herbisida 2,4
dimetilamina terhadap gulma Echinochloa colonum, Echinochloa crus-galli, dan
Cyperus iria pada padi sawah. Jurnal Agrisistem 3: 44-49.
Mulyaningsih,
S., F.T. Kadarwati, dan I. Sadikin. 2008. Periode kritis kompetisi gulma pada
kapas yang ditumpangsari dengan jagung. Agrivita 30: 35-44.
Mursito,
D. Dan Kawiji. 2002. Pengaruh kerapatan tanam dan kedalaman olah tanah terhadap
hasil umbi lobak (Raphanus sativus L.).
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_kerpt_tan_kawiji.pdf. [1
November 2009].
Pane,
Hamdan. 2003. Kendala dan peluang pengembangan teknologi padi tanam benih
langsung. Jurnal Litbang Pertanian 22:4.
Perera,
K.K., P.G.Ayres, and H.P.M. Gunasena. 2006. Root growth and the relative
importance of root and shoot competition in interactions between rice (Oryza
sativa) and Echinochloa crus-galli. Weed Research 32: 67-76.
Purba,
Edison. 2007. Respons padi terhadap kerapatan jajagoan (Echinochloa
crus-galli). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia.http://unib.ac.id/faperta/jurnal/abstrak.php?id_isijur=184&id_jurnal=1&PHPSESSID.
[2 Oktober 2009].
Schmid,
B., A. Hector, P. Saha, and M. Loreau. 2008. Biodiversity effects and
transgressive overyielding. Journal of Plant Ecology 2(1): 95-102.
Setyowati,
N., U. Nurjanah, dan L.S. Sipayung. 2007. Pergesaeran gulma pada tanaman cabai
besar akibat perbedaan waktu pengendalian gulma. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia 1: 21-27.
Suardi,
D. 2002. Perakaran padi dalam hubungannya dengan toleransi tanaman terhadap
kekeringan dan hasil. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3): 100-108.
Suud,
M.I. 2008. Studi Karakteristik Morfologi Gulma Echinochloa crus-galli dari
Beberapa Tipe Ekologi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
50 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar