Senin, Mei 20, 2013

Jurnal TBT HORTI


PENDAHULUAN
            Latar Belakang
            Tujuan
            Hipotesa
            Kegunaan
TINJAUAN LITERATUR
            Botani Tanaman
            Syarat Tumbuh
                        Iklim
                        Tanah
            Mekanisme Masuknya Unsure Hara
            Peranan NPK
           
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
            Tempat dan Waktu
            Bahan dan Alat
            Metoda Penelitian
PELAKSANAAN PENELITIAN
            Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
            Pemupukan
            Penanaman
            Pemeliharaan
                        Penyiraman
                        Penyisipan
                        Pengendalian Hama dan Penyakit
            Panen
            Parameter Pengamatan
                        Tinggi Tanaman (cm)
                        Jumlah Daun
                        
HASIL PENELITIAN
            Tinggi  Tanaman (cm)
            Jumlah Daun
         
           
PEMBAHASAN
            Respon NPK Terhadap Pertumbuhan cabai

KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan
            Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kamis, Mei 16, 2013

Mekanisme tanaman menghadapi cekaman kekeringan





Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992)
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basah-bulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya
(TKPSDA, 2003).
Cekaman kekeringan yang terjadi pada awal phase pertumbuhan vegetatif  menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi tanaman cekaman pada phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan pada phase generatif menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang memperoleh pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman kekeringan pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu lebih tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu hanya 22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan berkurang secara nyata
Kramer (1963) menyatakan bahwa defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses metabolik dalam tanaman yang berakibat berkurangnya pertumbuhan tanaman. Selain itu Fagi dan Tangkuman (1985) menegaskan bahwa rendahnya produktivitas kedelai karena keterbatasan air untuk menunjang pertumbuhan yang optimal.
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006)
Tanaman melakukan beberapa strategi yang dimulai saat fase perkecambahan dan pertumbuhan awal vegetatif dalam menghadapi cekaman kekeringan dengan membentuk formasi akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak (Dubrovsky and Go´mezlomeli, 2003). Strategi yang di lakukan yaitu:

Ø  Escape strategy
yaitu kemampuan tumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya atau tanaman tersebut tumbuh subur dan berbungan dan menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stress kekeringan yang sangat ekstrim. Mekanisme yang biasa dilakukan adalah dengan berbunga dan berbuah lebih awal sehingga pada kondisi yang ekstrim terjadi tanaman telah menghasilkan biji yang sedang dormansi.
Ø  Avoidance strategy
adalah kemampuan tumbuhan menjaga agar potensial air tubuh tetap tinggi (mendekati nol) atau mempertahankan status air pada kondisi deficit air. Dapat dilakuan dengan mengurangi transpirasi dan meningkatkan absorbsi air dengan cara :
     penutupan stomata (stomatal closure) (berasosiasi dengan potensi hasil yang rendah karena asimilasi CO2 akan rendah)
     Pergerakan daun paralel radiasi (posisi daun yang parallel dengan arah radiasi)
     Adanya keberadaan bulu-bulu daun (leaf hairness)
     mengurangi permukaan evavorasi dengan mereduksi perkembangan daun (leaf expansion)
     Pengguguran daun (leaf senescence)
     Meningkatkan absorbsi air tanah dapat ditingkatkan dengan peningkatan panjang dan ketebalan akar dan arah ekspansi akar yang mengarah kebawah atau dengan sistem perakaran yang luas dan dalam

Ø  Tolerance strategy
adalah srategi tanaman yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengaturan tekanan turgor (turgor maintenance) dan toleran protoplasma seperti yang dijumpai pada tanaman kaktus.
Pengaturan tekanan turgor dapat dilakukan dengan osmoregulasi dan cell wall elasticity (elastisitas dinding sel).

KAJIAN FISIOLOGI TANAMAN KEDELAI PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN




PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri pengolahan. Produksi kedelai Indonesia saat ini masih dalam tingkat yang belum dapat mengimbangi laju peningkatan kebutuhan kedelai sehingga Indonesia termasuk pengimpor kedelai yang cukup banyak.
Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai (Kristianingsih, 2004). Salah satu upaya peningkatan produksi adalah dengan perluasan areal tanam kedelai. Salah satu peluang peningkatan produksi tanaman pangan mendukung Ketahanan Pangan Nasional adalah pemanfaatan lahan kering. Di Indonesia terdapat sekitar 133.7 juta ha lahan kering yang tersebar di pulau-pulau utama di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Apabila diasumsikan hanya lahan dengan kemiringan <15% yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan, berarti sekitar 47.23 juta ha atau 35.3 % dari lahan kering yang tersedia untuk tanaman pangan. Namun demikian terdapat berbagai kendala dalam pemanfaatan lahan kering di Indonesia untuk tanaman pangan baik ditinjau dari aspek teknis maupun sosial ekonomi. Ciri utama yang menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin menurunnya produktifitas lahan, tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam.
Umumnya petani lahan kering mengusahakan kedelai pada musim Marengan (MK-1), sehingga sering tanamannya mengalami kekeringan dan gangguan gulma. Menurut Virginia Soybean Update (2002), kekeringan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terhadap hasil tanaman kedelai serta kandungan hara tanah yang rendah dan pH yang tidak optimum. Lebih lanjut Chaniago et al., (2005) menyatakan bahwa kondisi cekaman kekeringan pada stadia vegetatif dapat menurunkan tinggi tanaman dan luas daun.
Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Gardner (1991) pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Lebih lanjut Yasemin (2005) menyatakan bahwa selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun. Abayomi (2002) melaporkan bahwa pada tanaman tebu yang mengalami cekaman kekeringan terjadi penurunan pada pertumbuhan daun, laju penambahan luas daun, luas daun, dan indek luas daun. Menurut Borges (2005) pada stadia vegetatif tanaman kedelai yang mengalami cekaman kekeringan menunjukan pertumbuhan lambat dan daun sempit serta buku batang yang pendek sehingga penampilan tanaman akan kerdil dengan daun kecil, cepat berbunga, defisiensi unsur hara baik makro maupun mikro dan potensi hasil yang rendah.
Menururt Arif (1999) cekaman kekeringan pada tahap awal pembungaan menyebabkan menyebabkan berkurangnya hasil panen sampai 10 %. Pada tahap awal pembungaan dan awal pengisian polong akan terjadi kerontokan pada polong bagian bawah. Lebih lanjut Borges (2005) menjelaskan bahwa cekaman kekeringan pada waktu pembungaan menyebabkan kerontokan bunga, cekamam kekeringan pada stadia pembentukan polong akan menyebabkan jumlah polong yang terbentuk turun jumlahnya dan terjadi kerontokan, serta cekaman kekeringan pada stadia pengisian polong menyebabkan menurunnya jumlah polong isi dan ukuran biji.
Menurut Liu (2004) cekaman kekeringan mendorong perubahan konsentrasi ABA dalam tanaman sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan polong serta mendorong kerontokan polong dan menurunkan pembentukan polong sampai 40 persen serta menurunkan ukuran biji. Menurut Nabi (1989) cekaman kekeringan pada setiap stadia pertumbuhan tanaman kedelai dapat menurunkan hasil biji, tetapi pada stadi pembentukan polong dan pengisian polong merupakan stadi yang kritis terhadap cekaman kekeringan, hal ini karena pada stadia ini dapat menyebabkan penurunan jumlah polong dan biji per tanaman, bobot biji dan hasil. Arif (1999) menyatakan bahwa cekaman kekeringan pada tanaman kedelai sampai umur 45 hari dapat mengakibatkan turunnya produksi rata-rata sampai dengan 63 persen karena pada saat-saat itu merupakan masa kritis bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Variabel yang diamati yaitu luas daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, lebar pembukaan stomata, jumlah klorofil. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji F. Apabila hasil uji menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan Uiji Jarak Ganda Duncan (DMRT) pada taraf ketelitian 95% dan HSD 5%.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Daun.
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas daun dipengaruhi oleh interaksi cekaman kekeringan dan populasi awal gulma teki. Rerata luas daun tertinggi dicapai pada kondisi kapasitas lapang tanpa gulma dengan rerata 47,62 cm2. Luas daun tanaman kedelai mulai menurun pada kadar air 60% kapasitas lapang dan populasi awal gulma 5 umbi per polibag dengan rerata 30,62 cm2.
Hal tersebut berarti rerata luas daun tanaman kedelai menurun sebesar 35.7% pada tanaman kedelai yang mengalami cekaman kekeringan dengan kadar air 60% kapasitas lapang dan populasi awal gulma teki 5 umbi per polibag dibanding pada kondisi kapasitas lapang tanpa gulma. Luas daun terus menurun dengan meningkatnya taraf cekaman kekeringan dan populasi awal gulma teki.





Lebar Bukaan Stomata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar pembukaan stomata semakin kecil seiring penambahan taraf cekaman kekeringan, yaitu dari kadar air kapasitas lapang, 60% kapasitas lapang dan paling rendah dicapai pada 40% kapasitas lapang dengan rerata masing-masing 5,13 mμ, 3,43 mμ dan 1,2 mμ Kadar air 60% dan 40% kapasitas lapang dapat menurunkan lebar pembukaan stomata masing-masing sebesar 33,14% dan 76,61%.





Tabel 2. Pengaruh Stress Kekeringan dan Kerapatan Gulma Teki terhadap Lebar Bukaan Stomata Tanaman Kedelai (m),






Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji HSD 5%, (-) : tidak ada interaksi
Tabel 2. menunjukkan bahwa kepadatan awal populasi gulma teki berpengaruh nyata terhadap lebar pembukaan stomata tanaman kedelai. Lebar pembukaan stomata terlebar diperoleh pada populasi awal gulma teki 0 umbi per polibag dengan rerata 4,55 mμ, sedangkan pada kepadatan populasi awal gulma teki 5, 10, 15 dan 20 umbi per polibag berturut-turut adalah 3,77 mμ, 3,77 mμ, 2,61 mμ dan 1,55 mμ (Tabel 2). Kepadatan populasi awal gulma teki 5, 10, 15 dan 20 umbi per polibag dapat mengurangi lebar pembukaan stomata berturut-turut 17,14%, 17,14%, 42,64% dan 65,93% dibanding tanaman kedelai tanpa gulma teki.
Laju Transpirasi.
Berdasarkan hasil uji varian, cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap laju transpirasi tanaman  kedelai. Rerata laju transpirasi tanaman kedelai pada tanaman kedelai yang tumbuh pada kondisi kadar air kapasitas 34 lapang mencapai 5,93 μmol/m2/s, sedangkan pada kadar air 60% kapasitas lapang menurun 10,46% dengan rerata 5,31 μmol/m2/s dan pada kadar air 40% kapasitas lapang menurun 34,91% dengan rerata 3,86 μmol/m2/s.







Tabel 3. Pengaruh Stress Kekeringan terhadap Laju Transpirasi Tanaman Kedelai μmol/m2/s,







Kandungan Klorofil Daun.
                Berdasarkan hasil uji varian, cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil tanaman kedelai. Tanaman kedelai yang tumbuh pada kondisi kadar air kapasitas lapang kandungan klorofil daun 300,04 mg/g, sedangkan pada kadar air 60% dan 40% kapasitas lapang menpunyai rerata berturut-turut 296,24 mg/g dan 250,61 mg/g. Cekaman kekeringan dapat menurunkan kandungan klorofil dengan rerata 7,73% pada kadar air 60% kapasitas lapang dan 11,25% pada kadar air 40% kapasitas lapang dibanding pada kondisi kapasitas lapang.
Tabel 4. Pengaruh Stress Kekeringan terhadap Kandungan Klorofil Daun (mg/g)







                                                                                                                   
KESIMPULAN
Cekaman kekeringan dengan kadar air 60% kapasitas lapang sudah menurunkan lebar pembukaan stomata sebesar 33,14%, 10,46% laju transpirasi, 7,73% jumlah klorofil. Interaksi antara cekaman kekeringan dengan kadar air 60% kapasitas lapang dan laju fotosintesis 20,41%.
DAFTAR PUSTAKA
Abayomi, Y.A. 2002. Sugarbeet Leaf Growth and Yield Response to Soil Water Deficit. African Crop Science Journal 10(1).

Arif, R.S. 1999. Respon Morfologi Beberapa Galur dan Varietas Kedelai untuk Mengatasi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 38pp.

Borges, R. 2005. Crops-Soybean. . www.blackwell.com . (on-line). Diakses 10 Maret 2006.
Chaniago, I., A. Taji. And R. Jessop. Assesment of Allelophatic Interaction Soybean and Amaranthus powellii and Cyperus rotundus using in Vitro System. www.blackwell.com . (on-line). Diakses 10 Maret 2006.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI Press, Jakarta. 428p.

Inawati, L. 2000. Pengaruh Jenis Gulma terhadap Pertumbuhan, Pembentukan Bintil Akar dan Produksi Kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 34p.

Virginia Soybean Update. 2002. Managing Soybean UnderDrought Stress. (on line). www.vaes.vt.edu/tidewater/soybean. Diakses 10 Maret 2006.

Yasemin. 2005. The Effect of Drought on Plant and Tolerance Mechanisms. G.U. Journal of Science 18 (4) : 723 – 740.

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download : Lingkaran Tanah-Air-Tanaman LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir d...