Kamis, Oktober 17, 2013

Mekanisme tanaman menghadapi cekaman kekeringan



Mekanisme tanaman menghadapi cekaman kekeringan

Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992)
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basah-bulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya
(TKPSDA, 2003).
Cekaman kekeringan yang terjadi pada awal phase pertumbuhan vegetatif  menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi tanaman cekaman pada phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan pada phase generatif menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang memperoleh pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman kekeringan pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu lebih tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu hanya 22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan berkurang secara nyata
Kramer (1963) menyatakan bahwa defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses metabolik dalam tanaman yang berakibat berkurangnya pertumbuhan tanaman. Selain itu Fagi dan Tangkuman (1985) menegaskan bahwa rendahnya produktivitas kedelai karena keterbatasan air untuk menunjang pertumbuhan yang optimal.
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006)
Tanaman melakukan beberapa strategi yang dimulai saat fase perkecambahan dan pertumbuhan awal vegetatif dalam menghadapi cekaman kekeringan dengan membentuk formasi akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak (Dubrovsky and Go´mezlomeli, 2003). Strategi yang di lakukan yaitu:

Ø  Escape strategy
yaitu kemampuan tumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya atau tanaman tersebut tumbuh subur dan berbungan dan menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stress kekeringan yang sangat ekstrim. Mekanisme yang biasa dilakukan adalah dengan berbunga dan berbuah lebih awal sehingga pada kondisi yang ekstrim terjadi tanaman telah menghasilkan biji yang sedang dormansi.
Ø  Avoidance strategy
adalah kemampuan tumbuhan menjaga agar potensial air tubuh tetap tinggi (mendekati nol) atau mempertahankan status air pada kondisi deficit air. Dapat dilakuan dengan mengurangi transpirasi dan meningkatkan absorbsi air dengan cara :
     penutupan stomata (stomatal closure) (berasosiasi dengan potensi hasil yang rendah karena asimilasi CO2 akan rendah)
     Pergerakan daun paralel radiasi (posisi daun yang parallel dengan arah radiasi)
     Adanya keberadaan bulu-bulu daun (leaf hairness)
     mengurangi permukaan evavorasi dengan mereduksi perkembangan daun (leaf expansion)
     Pengguguran daun (leaf senescence)
     Meningkatkan absorbsi air tanah dapat ditingkatkan dengan peningkatan panjang dan ketebalan akar dan arah ekspansi akar yang mengarah kebawah atau dengan sistem perakaran yang luas dan dalam

Ø  Tolerance strategy
adalah srategi tanaman yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengaturan tekanan turgor (turgor maintenance) dan toleran protoplasma seperti yang dijumpai pada tanaman kaktus.
Pengaturan tekanan turgor dapat dilakukan dengan osmoregulasi dan cell wall elasticity (elastisitas dinding sel).

NAMA NAMA MAHASISWA PENGANTAR ILMU PERTANIAN AGB 3 TA 2013/2014





1. Tanah Pertanian
Dwi Okta Dewanti
Lidya Qastari
Fitri Mariani Harahap
Nurlaila Rahmadani Harahap

2. Kesehatan dan kwalitas Tanah
Zulvi Whyuni S
Irfan Erdiansyah
Taufik Aulia Ramadhan
Ira Aries Tantia
NurMuhdalifah

3. produktivitas dan kesuburan tanah
Marisa Yundha Sentya S
Siti Qomariahdenny Arisandi
Jumrina
Nurul Rahmilia
Dina Gusmiarti

4. pertanian berkelanjutan
Husni Ramadahan
Sugeng Novriady
Surya Atmaja
Risky Adi Nugroho
Denny Arisandi

5. multidisiplin pengelolaan tanah berkelanjutan
Anshori Ramadhan
Fahri M Dongoran
M.Iqbal S Purba
Agep Purwandi
Mikrot Harahap

6. Degradasi dan polusi tanah
Anhara Zega
Wahyudi Pranata
Awalludin Harahap
Amir Zein
Awin Nugroho K

7. Kehilangan hasil  pertanian dilapangan
Handoko Kurniawan
M. Fariz Kazhimi S
M.Fahri Husyaini Harahap
Muhammad Irsan
Achmad Ramadhan

8. Pengamanan produksi pertanian
Muhammad Fahreza
Hafiz Nuris
Dani Saputra
Wirsan Arizal
FikkyhArief J.S.



Senin, Mei 20, 2013

Jurnal TBT HORTI


PENDAHULUAN
            Latar Belakang
            Tujuan
            Hipotesa
            Kegunaan
TINJAUAN LITERATUR
            Botani Tanaman
            Syarat Tumbuh
                        Iklim
                        Tanah
            Mekanisme Masuknya Unsure Hara
            Peranan NPK
           
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
            Tempat dan Waktu
            Bahan dan Alat
            Metoda Penelitian
PELAKSANAAN PENELITIAN
            Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah
            Pemupukan
            Penanaman
            Pemeliharaan
                        Penyiraman
                        Penyisipan
                        Pengendalian Hama dan Penyakit
            Panen
            Parameter Pengamatan
                        Tinggi Tanaman (cm)
                        Jumlah Daun
                        
HASIL PENELITIAN
            Tinggi  Tanaman (cm)
            Jumlah Daun
         
           
PEMBAHASAN
            Respon NPK Terhadap Pertumbuhan cabai

KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan
            Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kamis, Mei 16, 2013

Mekanisme tanaman menghadapi cekaman kekeringan





Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF ( Kemampuan partikel tanah memegang air), dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992)
Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.
Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basah-bulan kering, tahun basah-tahun kering, dan dekade basah-dekade kering.
Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya
(TKPSDA, 2003).
Cekaman kekeringan yang terjadi pada awal phase pertumbuhan vegetatif  menekan tinggi tanaman sebesar 21% dibanding tinggi tanaman cekaman pada phase generatif (51-70 hst). Sedangkan cekaman kekeringan pada phase generatif menghasilkan tinggi tanaman yang sama dengan tanaman yang memperoleh pengairan penuh/optimal selama pertumbuhan. Pada sisi lain cekaman kekeringan pada phase generatif menurunkan jumlah polong isi sebesar 50% yaitu lebih tinggi dibanding bila cekaman terjadi pada phase vegetatif (0-25 hst) yaitu hanya 22% dan menjadi 35% apabila terjadi cekaman pada umur 26-50 hst. Ini membuktikan bahwa cekaman kekeringan pada saat proses pembentukan bunga akan mengurangi jumlah bunga yang terbentuk sehingga jumlah polong juga akan berkurang secara nyata
Kramer (1963) menyatakan bahwa defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses metabolik dalam tanaman yang berakibat berkurangnya pertumbuhan tanaman. Selain itu Fagi dan Tangkuman (1985) menegaskan bahwa rendahnya produktivitas kedelai karena keterbatasan air untuk menunjang pertumbuhan yang optimal.
Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006)
Tanaman melakukan beberapa strategi yang dimulai saat fase perkecambahan dan pertumbuhan awal vegetatif dalam menghadapi cekaman kekeringan dengan membentuk formasi akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak (Dubrovsky and Go´mezlomeli, 2003). Strategi yang di lakukan yaitu:

Ø  Escape strategy
yaitu kemampuan tumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya atau tanaman tersebut tumbuh subur dan berbungan dan menyelesaikan siklus hidupnya sebelum mengalami stress kekeringan yang sangat ekstrim. Mekanisme yang biasa dilakukan adalah dengan berbunga dan berbuah lebih awal sehingga pada kondisi yang ekstrim terjadi tanaman telah menghasilkan biji yang sedang dormansi.
Ø  Avoidance strategy
adalah kemampuan tumbuhan menjaga agar potensial air tubuh tetap tinggi (mendekati nol) atau mempertahankan status air pada kondisi deficit air. Dapat dilakuan dengan mengurangi transpirasi dan meningkatkan absorbsi air dengan cara :
     penutupan stomata (stomatal closure) (berasosiasi dengan potensi hasil yang rendah karena asimilasi CO2 akan rendah)
     Pergerakan daun paralel radiasi (posisi daun yang parallel dengan arah radiasi)
     Adanya keberadaan bulu-bulu daun (leaf hairness)
     mengurangi permukaan evavorasi dengan mereduksi perkembangan daun (leaf expansion)
     Pengguguran daun (leaf senescence)
     Meningkatkan absorbsi air tanah dapat ditingkatkan dengan peningkatan panjang dan ketebalan akar dan arah ekspansi akar yang mengarah kebawah atau dengan sistem perakaran yang luas dan dalam

Ø  Tolerance strategy
adalah srategi tanaman yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengaturan tekanan turgor (turgor maintenance) dan toleran protoplasma seperti yang dijumpai pada tanaman kaktus.
Pengaturan tekanan turgor dapat dilakukan dengan osmoregulasi dan cell wall elasticity (elastisitas dinding sel).

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download : Lingkaran Tanah-Air-Tanaman LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir d...