Kamis, Desember 22, 2011


PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN DENGAN AGEN HAYATI



1.      HAMA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN KAKAO

a.      Pengerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramelella

Buah yang diserang berukuran pajang 8 cm. dengan dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerakan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji – biji saling melekat dan berwarna kehitaman.

Gejala Serangan
Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi

Cara pengendalian Biologis

Hasil penelitian dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember melaporkan bahwa Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan cara pengendalian biologi yang memiliki prospek untuk dikembangkan dengan biaya murah, aman bagi lingkungan dan berkesinambungan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semut hitam disamping dapat mengendalikan hama PBK, buah kakao yang diselimuti oleh semut hitam ternyata tidak disukai oleh hama tikus dan tupai. Hal ini berdampak menaikkan nilai jual biji kakao karena pengendalian hama tidak menggunakan pestisida.

           
b.      Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)

      Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.

Gejala Serangan :
Buah muda yang terserang mongering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. Serangan pada pucuk layu dan mati, ranting mongering dan merangas
Kepik Helopeltis sp, termasuk hama penting yang menyerang buah kakao dan pucuk/ranting muda. Serangan pada buah tua tidak terlalu merugikan, tetapi sebaliknya pada buah muda. Selain kakao, hama ini juga memakan banyak tananaman lain, diantaranya: teh, jambu biji, jambu mente, lamtoro, apokat, mangga, dadap, ubi jalar, dll.

Cara pengendalian Biologis 
Laba-laba serigala dan laba-laba tutul umumnya aktif pada malam hari. Laba-laba ini tidak membuat sarang, tapi berburu mangsa, sehingga disebut laba-laba pemburu. Serangga yang dilihatnya, dikejar, ditangkap dan digigit/dimakan. Laba-laba serigala dan tutul bermata tajam. Matanya delapan, tetapi ada dua lebih besar. Laba-laba serigala dan tutul berjalan di atas tanah mencari serangga. Juga berburu di cabang dan dedaunan pohon kakao. Laba-laba ini memakan wereng seperti Helopeltis atau kepik. Ngengat dan ulat juga dimakan. Setelah menangkap serangga, laba-laba menyuntik racun yang melumpuhkan korban, baru mengisap.
2.      HAMA PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

a.       Ulat Api

Ulat api adalah salah satu musuh yang sangat di takuti dalam perkebunan kelapa sawit mengapa demikian?, jawabanya adalah karena ulat tersebut menimbulkan efek kerugian yang sangat besar terhadap tanaman kelapa sawit. Penelitian dan kenyataan yang dihadapi banyak perusahaan menunjukkan bahwa serangan ulat api dapat menurunkan produksi sebanyak 25 % di tahu pertama dan 50 % di tahun kedua dan ditahun ketiga mencapai 75%. artinya jika serangan ulat api mencapai tingkat maksimal maka petani akan merugi selama 3 tahun berikutnya.

Gejala serangan

Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daun. Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun pertama setelah serangan dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua. Musuh alami Pengendalian ulat api dapat menggunakan musuh alami berupa entomopatogenik seperti jamur Cordyceps militaris, Beauveria bassiana.

                  Musuh alami

Pengendalian ulat api dapat menggunakan musuh alami berupa entomopatogenik seperti jamur Cordyceps militaris, Beauveria bassiana




b.      Hama oryctes

Hama Oryctes rhinoceros, merupakan hama penting tanaman kelapa sawit yang menimbulkan kerugian cukup besar dan menyerang tanaman kelapa diseluruh  Indonesia
•     Kerusakan tanaman kelapa akibat serangan kumbang tersebut, dapat terjadi pada tanaman belum menghasilkan, maupun tanaman menghasilkan;
•     Hama ini menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum  membuka dengan merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan kelapa;
•     Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan kumbang ini cukup besar karena kumbang jantan dan betina yang menggerek selalu berpindah-pindah dari pohon yang satu kepohon sekitarnya.Seekor kumbang menetap dipohon yang sama selama 5-7 hari;
•     Mengingat besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh kumbang ini maka, perlu digunakan suatu cara pengendalian yang efisien, efektif dan aman bagi sumber daya alam dan lingkungan. Salah satunya adalah Musuh Alami/Agensia Hayati, yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama tersebut yaitu Metarhizium anisopliae.

Gejala serangan

Tampak guntingan-guntingan/potongan-potongan pada daun yang baru terbuka seperti huruf “V”, gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. Serangan ini dapat dilakukan oleh serangga jantan maupun betina. Serangga dewasa berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut betina terdapat bulu-bulu halus, sedangkan pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda di areal peremajaan


            Pengendalian secara biologi

Jamur  Metarhizium anisopliae
1.      Jamur Metarhizium anisopliae merupakan musuh alami/agensi hayati dari jamur yang dapat mengendalikan hama dalam hal ini Oryctes rhinoceros
2.      Warna jamur tersebut baik pada larva terinfeksi maupun pada media jagung adalah hijau olive.
3.      Larva terinfeksi diawali adanya bercak coklat pada bagian tubuh larva tersebut  dan selanjutnya tubuh larva tertutupi jamur berwarna hijau olive dan larva menjadi kaku (keras)

c.       Tikus

Tikus mempunyai potensi berkembangbiak yang sangat besar. Seekor betina mampu melahirkan  10-12 ekor keturunan dengan kemampuan akomodasi embrio sekitar  18  embrio.  Pada  masa  puncak  perkembangbiakan, tikus betina sangat aktif dan dapat bunting lagi pada kondisi anak masih dalam susuan. Tikus betina mampu mengasuh 2-3 generasi dengan selisih umur antar generasi satu bulan. Masa  menyusui berlangsung 3-4 minggu dan menyapih anaknya setelah berumur satu bulan
Gejala Serangan Tikus
Pada TBM tikus menyerang titik tumbuh atau umbut dengan menggerek pangkal pelepah sehingga berlubang dan semua pelepah dibagian atas gerekan terkulai atau putus yang dapat menyebabkan tanaman mati
Bekas keratan pada bunga jantan, bunga betina, daging buah baik buah muda maupun buah matang merupakan gejala serangan tikus pada TM. Pada kondisi serangan berat dapat mengganggu berlangsungnya proses generatif yang pada gilirannya menurunkan kuantitas dan kualitas produksi.

Pengendaliahah secara Biologi
Memanfaatan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain. Rodentisida, yang merupakan cara kedelapan ini, digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan. Terakhir, cara pengendalian lokal lainnya dengan memanfaatkan cara pengendalian tikus yang biasa digunakan petani setempat, seperti penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian, dan cara-cara lainnya.

3.      HAMA UTAMA TANAMAN TEBU

a.       Penggerek Pucuk Tebu

Hama penggerek pucuk tebu menurut Kalshoven, 1981 diklasifikasikan Phyllum Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea, Marga Scirpophaga, Jenis Scirpophaga novella Scirpophaga nivella Fabricus meletakkan telurnya pada bagian bawah permukaan daun secara berkelompok, dan tersusun seperti sisik ikan yang tertutup selaput berwarna coklat kekuningan. Jumlah telur mencapai 6-30 butir. Setelah 8-9
hari telur menetas.

Gejala Serangan

Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang daun terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung dan kering yang disebut mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan lorong gerekan dari titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh terdapat lubang keluar ngengat.

Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu secara  Hayati atau Biologis

a. Konservasi musuh alami
Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah dilakukan oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami merupakan usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok untuk kehidupan musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid.

b. Pelepasan musuh alami
Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh alami hama penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit telur misalnya Trichogramma japonicum, sedangkan parasit larva misalnya lalat jatiroto.

b.      Pengerek Batang Tebu bergaris

Telur : berbentuk lonjong, pipih, berwarna putih kekuningan, diletakan di atas/ di bawah permukaan daun secara berkelompok. Seperti susunan genting 2 – 3 baris, 7 – 30 butir tiap kelompok
Larva : bentuk fermiform, dengan 4 garis membujur pada punggungnya 
Kepompong : pada bagian atas ruas terdapat sutau daerah yang berbintik-bintik halus seperti pasir, diatas daerah ini terdapat tonjolan-tonjolan garis membujur yan suram dan pendek di tengah ruas 
Kupu : warna syap depan coklat kelabu pada bagian tengah terdapat noda hitam.
Ulat-ulat muda yang baru menetasm hidup dalam pupus, diantara daun-daun muda yang masih tergulung. Ulat-ulat itu memakan jaringan daun. Akibatnya kalau, daun-daun muda itu sudah terbuka, akan terlihat luka-luka pada daun. Luka-luka itu dapat berlubang, tetapi biasanya hanya daiging daun yang hilang, hingga tinggal selaput tipis jaringan luar sebelah bawah. Bentuk luka-luka itu memanjang dan tidak teratur. Lubang-lubang dapat terjadi pula karena penggerek ulat waktu memasuki pupus. Lubang-lubang itu letaknya melintang pada daun tepi letaknnya tidak teratur seperti deretanlubang yang disebabkan penggerek pucuk

Gejala Serangan

Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek

Pengendalian Musuh alami

·         Parasit telur : Telenomus beneficiens, Tricogramma austalicum,
·         Parsit larava : Diatraeophaga striatalis, Campyloneurus erthrothorax,  Rhaconotus scirocophage, apanteles flaviceps
·         Parasit pupa  : Xanthopimpla stemmator
4.      HAMA UTAMA TANAMAN KOPI

a.       Coccus viridis ( Kutu Hijau )

Serangga ini tergolong famili Cocidae adalah Coccus viridis ( green ) atau nama sinonimnya Lecanium viridae. Serangga ini kutu sisik hijau lunak atau kutu sisik hijau kopi. Hama ini merupakan pemakan segala tanaman ( poilfag ) dan tersebar didaerah tropis dan subtropis, diantaranya Indonesia terutama didataran rendah dan udara kering. Kutu sisik hijau kopi berbentuk bulat dan datar. Panjang tubuhnya ± 3 – 5 mm. Kutu yang hidup pada tunas muda badannya lebih besar dan lebih cembung daripada yang hidup pada daun. Sementara itu, kutu yang hidup pada tanaman kurus biasanya berukuran kecil.

Gejala kerusakan

Tanaman menjadi lemah dan pertumbuhannya terhambat karena kutu ini menghisap cairan tanaman. Kutu ini mengeluarkan embun madu. Akibatnya adalah timbulnya cendawan jelaga yang akan menutup daun dan buah kopi, sehingga akan mempengaruhi proses asimilasi.

Musuh alami

Lembing dari genus Chilocorus merupakan predator yang penting. Beberapa jenis tabuhan Hymenoptera menjadi parasit kutu sisik hijau ini. Selain itu, musuh alami yang lain adalah cendawan parasit yaitu Cephalosporium lecanii. Cendawan ini efektif pada waktu musim hujan. Cendawan ini akan membunuh koloni kutu sisik hijau dalam waktu yang singkat. Cendawan berwarna putih ini akan menyelimuti kutu sisik. Cendawan lain yaitu, Entomopththora sp. Akan menyebabkan kutu menjadi hitam, merah orange atau cokelat tua.

b.      Pseudococcus citri Rissio ( Kutu dompolan putih )

Serangga ini termasuk dalam famili Pseudococcidae, biasanya hama ini terdapat pada tanaman jeruk, kopi dan lain – lain. Serangga ini polfag ( pemakan segala tanaman ) dan tersebar luas didaerah tropis dan subtropis. Kutu ini ada yang hidup diatas tanah dan ada yang diakar. Hama yang diatas menyerang tunas, daun, buah, tangkai bunga, tangkai buah, batang dan lain – lain. Serangga ini berbentuk ellips dengan panjang sekitar 3 mm. Sementara itu, hama jantan panjangnya ± 1 – 1,5 mm. Warna kutu ini cokelat kekuningan sampai merah orange. Hama ini tertutup dengan massa putih, seperti lilin yang bertepung. Di sepanjang tepi badannya terdapat benang (serabut) seperti lilin yang jumlahnya 14-18 pasang. Ukuran benang terpanjang terdapat pada bagian belakang (pantat). Telur berwarna kuning terbungkus dalam jaringan seperti lilin yang longgar. Nimfa yang muda berwarna kuning orange (amber).

Gejala kerusakan

Kuncup bunga dan buah yang diserang menjadi kering, karena kehabisan cairan. Buah tua yang diserang akan menimbulkan salah bentuk pada buah sehingga kualitasnya menurun.

Musuh alami

Coccopaghus gurneyi compere dan Tetracnemus pretiosus timberlake. Selain itu, beberapa jenis lembing yang berfungsi sebagai predator diantaranya Cryptolaemus montrouzieri Muls dan Scymnus apiciflavus Mits.




5. HAMA UTAMA TANAMAN TEH

a.       Hama Helopeltis spp

Serangga ini merupakan hama utama pada tanaman teh, termasuk ordo Hemiptera Famili Miridae. Petani menyebutnya "kepik penghisap daun" atau "Leap sucking brig". Beberapa spesies yang telah dikenal antara lain H. antvnii Signoret, H. thcihora Watt. H cinchorrae Mann, H. cuneattis Dist mempunyai penyebaran di Pulau Jawa dan Sumatra. Serangga dewasa dicirikan adanya tanduk diatas thorax, hamper lurus dengan pentul yang jelas serta sayap yang terang, berwarna agak gelap/hitam. Apabila terbang berwarna agak hijau dan merah jambu. Hel opeltis berbadan kecil, tiga pasang kaki, antena lebih panjang dari pada badan dan buka merupakan serangga penerbang yang balk. Dada bagian mulutnya terdapat alat penghisap makanan atau disebut stiles. Dengan cara menusukkan stilet kedalam jaringan : tanaman yang masih muda untuk menghisap cairan makanannya. Serangga betina makanannya lebih besar dari pada yang jantan yaitu 6 mm-7,5 mm dan dapat hidup lebih dari 50 hari. Sepanjang hidupnya induk betina dapat menghasilkan kurang lebih 200 butir telur. Keperidian serangga hama ini dipengaruhi oleh musim, dimana pada musim kemarau kemampuan bertelur hanya berkisar 40-300 butir, sedangkan pada musim penghujan kemampuan bertelurnya mencapai 350 butir selama hidupnya.

Telur Helopeltis diletakkan di dalam jaringan batang tanaman yang masih muda dengan cara menusukkan opivositornya ke dalam jaringan tersebut. Telur yang diletakkan umumnya berjumlah 1 atau 2 dengan jarak yang berdekatan kadang-kadang dapat berkelompok sampai 6 butir. Telur yang dihasilkan bervariasi antara 1-18 butir setiap harinya. Telur berbentuk bulat panjang seperti sosis berwarna putih dan panjangnya kira-kira 1,5 mm. Tiap telur mempunyai dua rambut yang panjangnya tidak sama dan menjulang di luar epidermis. Fungsi dari rambut tersebut belum diketahui secara jelas. Telur akan menetas setelah 6-8 hari (pada ketinggian tempat lebih kurang 250 m dpl) kemudian setelah telur menetas menjadi dewasa dalam waktu 12-14 hari.

Gejala

Bagian yang terserang adalah pucuk daun teh dan ranting-ranting muda serta daun muda. Bagian yang terserang berbecak cokelat kehitaman, dan pada awalnya becak itu tembus pandang, kemudian kehitaman, dan akhirnya mengering. Hal ini disebabkan serangga dewasa (indung) dan nimfa (mikung) menyerang pucuk, daun muda, dan internodus dengan cara menusukan stilet-nya. Bagian daun yang terserang akan menjadi kering and mengkriting, sedangkan pada serat berat ranting dapat menjadi kanker cabang.

Pengendalian Secara Hayati

Pengendalian secara hayati dapat diterapkan dengan konservasi musuh alami seperti Hierodula sp atau parasitoid euphorus helopeltidus Ferr. Penggunaan spora jamur Paeccilomyces fermoso Bremin di rumah kaca terhadap Helopeltis, memberikan potensi yang baik pada mortalitas serangga hama ini.




b.    Ectropis bhumitra Wlk.

Serangga hama ini merupakan perusak daun teh, termasuk ordo Lepidoptera, famili Grometidae. Petani menyebutnya ”ulat jengkal” atau ”common looper”. Ulat jengkal mempunyai daerah penyebaran di Jawa Bali Sumatera. Ngengat ini meletakkan telur secara berkelompok pada celah-celah kulit pohon pelindung. Stadium telur 8-9 hari, stadium 1 larva 28-35 hari, stadium pupa 17-21 hari dan dewasa 3-5 hari. Satu generasi memerlukan waktu sekitar 56-70 hari. Begitu telur menetas, larva akan merayap, mlenuruni pohon pelindung menuju perdu teh. Larva berjalan dengan menggerakkar. kaki depan sampai badannya lurus, kaki belakang ditarik ke depan sehingga tubuh melengkung seolah-olah seperti orang mengukur dengan jengkal. Pupanya dapat ditemukan pada tanah di bawah perdu tanaman teh. Bagian tanaman teh yang diserang ulat jengkal yaitu daun teh, memperlihatkan bekas gigitan yang menghabiskan sebagian daun. Serangan berat, ranting tidak berdaun lagi sehingga produksi daun teh berkurang.

Pengendalian Hama

Pengendalian hama serangga ini dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami seperti parasitoid Charops, parasitoid larva Apanteles sp. dan parasitoid telur Telenomus periparetus Nix dan laba – laba.

c.       Homona coffearia Nix.

Serangga hama ini dikenal dengan ulat penggulung daun /"tea tortex", termasuk ordo Lepidoptera, famili Tortricidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa dan Sumatera. Ulat jantan mempunyai ukuran panjang 18 mm dan ulat betina berukuran panjang 26 mm. Stadium ulat lamanya 5-6 minggu pada ketinggian di atas 1700 m, namun hanya 26 hari pada ketinggian 400 m dpi. Dalam perkembangannya, seekor ulat dapat membuat beberapa sarang, ulat yang telah tumbuh sempurna membentuk pupa di dalam sarangnya yang terakhir. Selanjutnya pupa serangga betina umumnya berukuran lebih panjang daripada pupa serangga jantan. Warna pupa coklat dengan stadium 7 – 10 hari. 24 jam setelah keluar dari pupa sebagai ngengat dewasa, sudah dapat bertelur. Ngengat betina dewasa berwarna cokelat sedangkan yang jantan berwarna kelabu.




Gejala Serangan

Ngengat penggulung daun meletakkan satu kelompok telur dengan jumlab telur 100-150 butir pada permukaan dawn tua bagian atas. Kelompok telur membentuk deretan yang rata tipis, berwarna pucat dan tampak mengkilat. Kelompok telur itu tidak mudah ditemukan kecuali bila dalam jumlah besar. Stadium telur 6-11 hari. Lama daur hidupnya bervariasi, pada perkebunan teh di Bogor memakan waktu 32-42 hari. Ulat penggulung daun ini pada awalnya menyerang daun muda dengan gejala yang ditandai adanya lipatan daun pada arah memanjang yang dilekatkan dengan benang sutera. Mula-mula ulat memakan epidermis daun sehingga seluruh daun dimakan. Larva akan makan daun pertama sehingga habis kemudian pindah ke daun yang lain. Selama perkembangannya, satu ulat dapat menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada instar awal, kerusakan yang ditimbulkan sangat kecil karena yang dimakan adalah permukaan bawah dari daun yang tua. Setelah panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat berpindah ke daundaun muda. Sejak instar kedua sampai kelima, ulat membuat lorong dengan melekatkan dua helm daun atau lebih. Kadangkala sehelai daun digulungnya sehingga kedua sisi daun melekat satu sama lain. Populasi ulat tertinggi terjadi pada akhir musim kemarau atau awal musim penghujan.


Pegendalian Secara Hayati

Pegendalian secara hayati dapat dilakukan dengan  onservasi musuh alarm seperti Macrocenltrus homonae Nix. , Apanteles taragamae Vui., Phytodietus spimipes Cam. dan Elasmus homonae Ferr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download

HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN. - ppt download : Lingkaran Tanah-Air-Tanaman LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir d...